REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menyatakan gelombang pertama vaksin Covid-19 akan siap untuk beberapa petugas medis dalam dua pekan ke depan. Negara itu juga menolak kekhawatiran keamanan "tidak mendasar" yang disuarakan sejumlah ahli atas persetujuan cepat Moskow terhadap obat tersebut.
Menteri Kesehatan Mikhail Murashko mengatakan vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow akan diberikan kepada orang-orang, termasuk dokter, secara sukarela, dan akan segera siap.
"Paket pertama vaksin medis penangkal infeksi virus corona akan diterima dalam dua pekan ke depan, utamanya untuk dokter," ujar dia, Rabu (12/8).
Presiden Vladimir Putin pada Selasa (11/8) mengatakan bahwa Rusia telah menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan peraturan untuk vaksin Covid-19, setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia. Vaksin tersebut belum menyelesaikan uji coba terakhirnya. Hanya sekitar 10 persen uji klinis yang berhasil dan beberapa ilmuwan khawatir Moskow mungkin menempatkan prestise nasional di atas keselamatan.
"Tampaknya kolega asing kami merasakan keunggulan kompetitif spesifik dari obat Rusia dan mencoba untuk mengungkapkan pendapat yang menurut kami sama sekali tidak berdasar," kata Murashko.
Direktur Institut Gamaleya Alexander Gintsburg menyampaikan bahwa uji klinis akan diterbitkan setelah dinilai oleh para ahli Rusia sendiri. Dia mengatakan Rusia berencana untuk dapat memproduksi 5 juta dosis sebulan pada Desember-Januari. Kazakhstan berencana mengirim pejabat pemerintah ke Moskow akhir bulan ini untuk membahas kemungkinan pengiriman vaksin, kata kantor kepresidenannya.