Jumat 14 Aug 2020 20:49 WIB

Alasan Ustadz Dasad Latief Selipkan Humor Saat Ceramah 

Ustadz Dasad Latief menyelipkan humor-humor ringan saat ceramah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ustadz Dasad Latief menyelipkan humor-humor ringan saat ceramah.
Foto: Youtube
Ustadz Dasad Latief menyelipkan humor-humor ringan saat ceramah.

REPUBLIKA.CO.ID, Nama Ustadz Das'ad Latief, belakangan mencuat di kalangan Muslim milineal, terutama yang aktif berselancar di jagat maya. 

Siapakah beliau? Ustadz Das’ad tidak hanya menekuni dunia dakwah. Ia tercatat sebagai dosen tetap pada Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan. 

Baca Juga

Di kampus tersebut, peraih gelar doktor ilmu hukum Islam itu mengampu sejumlah matakuliah, seperti Metode Penelitian Sosial, Public Speaking dan Protokoler, serta Teknik Lobi, Negosiasi dan Presentasi. Ia juga membimbing penelitian para mahasiswa S- 1 dan S-2, khususnya terkait studi komunikasi dan analisis media. 

Menurut Ustadz Das'ad, ilmu-ilmu akademis berguna pula untuk mening katkan kemampuan berdakwah. Untuk dakwah dan ngajar ilmu komunikasi itu sejalan. Ibaratnya, ilmu komunikasi ini adalah teknik menjualnya, sedangkan materinya adalah pesan-pesan agama, ujar mubaligh kelahiran 21 Desember 1973 ini saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sebagai doktor ilmu komunikasi, dia pun menyampakan pandangannya tentang manfaat ilmu komunikasi bagi seorang dai. Menurut dia, disiplin keilmuan ini sepatutnya dikuasai seorang penceramah. Dengan begitu, mubaligh akan piawai dalam mem pengaruhi pikiran, sikap, dan perilaku jamaah yang mendengarkan ceramahnya.

“Tujuan ilmu komunikasi kan ada tiga. Satu, mengubah pikiran. Dari yang tidak tahu menjadi tahu. Kedua, mengubah sikap. Dan, yang ketiga, mengubah perilaku,” kata dia menjelaskan.

Untuk itu, seorang penceramah dapat menerapkan strategi-strategi yang sejalan dengan ilmu komunikasi. Misalnya, seorang dai harus bisa membujuk dan membuat jamaah merasa bahagia dengan apa yang disampaikannya. “Artinya, aspek jenaka pun dapat menjadi bumbu ceramah. Makanya, kalau saya ceramah itu juga sering membuat jamaah tertawa,” ucapnya.

Dengan menyelipkan guyonan, seorang dai tak lantas disamakan dengan komedian. Sebab, menurut dia, guyonan yang disampaikannya bertujuan membuat jamaah menerima pesan-pesan agama Islam dengan baik.  

Yang penting, jamaah mau mendengarkan dakwah kita dulu. Kalau ceramahnya tentang neraka terus menerus, maka orang tidak akan mendengarkan. Jadi, dakwah itu perlu strategi. Maka, di jurusan saya juga ada matakuliah public speaking, ungkapnya.

Dengan berbekal ilmu komuni kasi, ceramah yang disampaikannya dapat diterima semua kalangan. Bahkan, Ustaz Das'ad menuturkan, tak sedikit orang non-Muslim yang mengaku senang terhadap konten-konten ceramah yang pernah di sam paikannya. Sebab, mereka antu sias terhadap guyonan yang terselip di sana.

Kendati demikian, Ustaz Das'ad menyadari, sebagian pihak mungkin saja kurang begitu senang dengan model ceramah yang dibawakannya. Bagaimanapun, ia meyakini, dalam berdakwah selalu ada orang-orang yang ingin menghalangi.

“Ada saja orang yang tidak setuju dengan saya. Tapi, bagi saya enggak jadi masalah. Jangankan saya, Nabi SAW saja tidak disenangi oleh Abu Jahal. Apalagi Das'ad Latif?” kata dia.

Dalam situasi pandemi ini, dia mengaku bersyukur lantaran masih dapat membagi waktu secara proporsional. Unhas telah memiliki mekanisme belajar jarak jauh, Sistem Kelola Pembelajaran (Sikola). Melalui aplikasi itu, aktivitas belajar-mengajar dapat dilakukan tanpa tatap muka. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement