Ahad 16 Aug 2020 01:24 WIB

Adaro Pangkas Produksi dan Belanja Modal 2020

Pada 2020, Adaro mentargetkan produksi hanya berkisar 52-54 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir (tengah) didampingi CFO PT Adaro Energy Tbk Lie Luckman (kiri) dan Wakil Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Christian Ariano Rachmat (kanan) menjawab pertanyaan awak media seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (30/4/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir (tengah) didampingi CFO PT Adaro Energy Tbk Lie Luckman (kiri) dan Wakil Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Christian Ariano Rachmat (kanan) menjawab pertanyaan awak media seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (30/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 menyebabkan pasar global melemah membuat sektor batu bara turut terdampak. PT Adaro Energy, Tbk pada kuartal dua tahun ini memutuskan untuk memangkas produksi dan belanja modal pada 2020 ini.

Direktur Utama Adaro, Garibaldi Thohir menjelaskan karena kondisi pasar yang kurang kondusif dan juga harga batubara yang masih rendah, perusahaan merevisi panduan 2020 dari sisi produksi, EBITDA dan juga belanja modal.

Baca Juga

Pada 2020 ini, Adaro mentargetkan produksi hanya berkisar 52-54 juta ton. Sedangkan EBITDA operasional di angka 600 juta dolar AS hingga 800 juta dolar AS.

Adaro juga memangkas belanja modal menjadi 200 juta dolar AS sampai 250 juta dolar AS. "Adaro terus berupaya mempertahankan kunggulan operasional, meningkatkan efisiensi dan menjaga marjin yang sehat dan memberikan pasokan yang andal bagi para pelanggan," ujar Garibaldi, Sabtu (15/8).

Semester pertama ini, Adaro mencatatkan penurunan produksi hingga 27,29 juta ton atau turun 4 persen dibandingkan tahun lalu. Produksi yang menurun ini juga memperngaruhi volume penjualan batubara sebanyak 27,13 juta ton atau turun 6 persen jika dibandingkan tahun lalu.

"Pada kuartal kedua 2020, pasar batu bara termal terdampak oleh pandemi Covid-19 secara lebih signifikan karena negara-negara pengimpor batu bara harus menghadapi dampak ekonomi yang besar. Akibatnya, permintaan terhadap listrik, dan dengan demikian terhadap batu bara, kemudian anjlok, dengan peningkatan permintaan yang berskala kecil dan sporadis menuju akhir kuartal ini seiring pelonggaran “lockdown” yang dilakukan secara perlahan dan waspada," ujar Garibaldi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement