Ahad 16 Aug 2020 00:22 WIB

IDI Sumbar: Penanganan Covid-19 tak Hanya Andalkan Testing

Keberhasilan menangani Covid-19 bukan hanya mengandalkan testing.

Rep: Febrian Fachri / Red: Ratna Puspita
Sebelum vaksin Covid-19 ditemukan, cara memutus penularan hanyalah meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. [Foto: Ilustrasi uji coba vaksin covid-19.]
Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Sebelum vaksin Covid-19 ditemukan, cara memutus penularan hanyalah meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. [Foto: Ilustrasi uji coba vaksin covid-19.]

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Barat (Sumbar) dr. Pom Harry Satria mengatakan Sumbar belum dapat dikatakan berhasil dalam penanganan virus corona jenis baru atau Covid-19 jika hanya mengandalkan testing laboratorium, tracking, dan isolasi. Selain testing, harus ada langkah lain dalam memutus mata rantai penularan.

Harry mengatakan meningkatkan testing, yang dibarengi dengan melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang membawa atau menularkan virus, memang salah satu langkah yang baik dalam penanganan Covid-19. Namun, ia mengatakan, kunci dalam penanganan Covid-19 adalah memutus penularan dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi. 

Baca Juga

"Memang dengan meningkatkan testing bukan berarti indikator kegagalan. Tracking tersebut merupakan bentuk keberhasilan testing, tapi itu tidak menjawab keberhasilan yang lain. Buktinya kenyataan sekarang penularan masih terjadi," kata Harry kepada Republika, Sabtu (15/8).

Ia menegaskan, sebelum vaksin Covid-19 ditemukan, cara memutus penularan hanyalah meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Berdasarkan pantauannya, Harry melihat kesadaran masyarakat menerapkan protokol Covid-19 seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan sebagai pola hidup baru masih rendah. 

Karena itu, IDI Sumbar berharap pemerintah melakukan terobosan meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga berimbas kepada cakupan yang lebih luas dan penularan tidak terjadi lagi. Cara yang dapat dilakukan, menurut Harry, pemerintah harus dapat bekerja sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat untuk melakukan sosialisasi menerapkan pola hidup baru.

"Protokol yang sudah dibuat tersebut dapat dipedomani dengan beberapa pembaruan. Harus ada format yang dinamis supaya semua masyarakat menyadari pentingnya protokol kesehatan. Format ini yang sampai sekarang belum terjawab," ujar Harry. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement