REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan warga Palestina menggelar aksi unjuk rasa memprotes kesepakatan yang dijalin antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel dengan tujuan menormalisasi hubungan diplomatik kedua negara. Dua unjuk rasa digelar secara terpisah pada Sabtu (15/8) waktu setempat.
Satu unjuk rasa dilakukan di Cibaliya di Jalur Gaza Utara dan satu demonstrasi yang lain digelar di perlintasan Rafah Selatan. Kelompok Hamas mendesak penduduk setempat untuk berunjuk rasa di kedua daerah itu.
Juru bicara Hamas Ismail Ridwan mengatakan, perjanjian antara UEA dan Israel tidak akan memberikan legitimasi kepada Israel. "Israel tidak akan pernah menjadi teman Arab dan Muslim," kata Ridwan dilansir di Anadolu Agency, Ahad (16/8).
Bahkan Ridwan menyebut UEA menjual warga Palestina untuk kepentingan mereka sendiri. "UEA akan menjadi pecundang dari perjanjian ini karena keinginan Israel akan menjarah sumber daya semua negara Arab, terutama UEA, di luar perbatasan Palestina," jelasnya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (13/8) kemarin mengumumkan perjanjian untuk menormalisasi hubungan, dalam sebuah langkah yang mencegah rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki. Kesepakatan itu diharapkan ditandatangani dalam tiga pekan.
UEA adalah negara Teluk pertama dan negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel setelah Mesir dan Yordania. Kelompok-kelompok Palestina mengecam kesepakatan itu.
Kelompok ini mengatakan itu tidak akan menjadi apa pun dan bertentangan dengan kepentingan Palestina serta mengabaikan hak-hak rakyat Palestina. Hamas dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa kesepakatan damai merupakan bentuk tikaman berbahaya di belakang rakyat Palestina.