REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan ekspor pertanian menempati posisi tertinggi dalam neraca perdagangan sepanjang bulan Juli 2020. Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan, nilai ekspor pertanian mencapai 350 juta dolar AS.
Angka tersebut meningkat 24,10 persen dari capaian ekspor pertanian bulan Juni 2020 yang sebesar 280 juta dolar AS.
"Ekspor pertanian dan hasil pertanian tumbuh cukup besar dari Juni ke Juli, di antaranya untuk tanaman obat dan rempah-rempah, lalu sarang burung walet, kopi, sayuran, dan biji kakao," kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (18/8).
Suhariyanto, mengatakan, ekspor pertanian Juli 2020 dibanding Juli 2019 juga tetap tumbuh positif yakni 11,17 persen. Sementara, sektor lainnya seperti migas, industri pengolahan, serta pertambangan dan lainnya mengalami pertumbuhan negatif dari tahun lalu.
"Produk-produk hortikultura dan komoditas perkebunan juga tumbuh bagus," kata Suhariyanto.
Lebih lanjut, ia mengatakan, secara nilai ekspor pertanian memang bukan yang tertinggi. Ekspor dari Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh produk industri pengolahan yakni nilainya 11,28 miliar dolar AS, namun hanya naik 16,95 persen dari bulan sebelumnya.
Selanjutnya diikuti oleh ekspor pertambangan dan lainnya yang mencapai 1,39 miliar dolar AS. Namun, untuk ekspor tambang, mengalami pertumbuhan negatif 7,83 persen dari posisi Juni 2020.
Adapun ekspor terbesar ketiga diduduki oleh ekspor migas yang mencapai 700 juta dolar AS pada Juli 2020. Ekspor migas tercatat naik 23,77 persen dari capaian bulan sebelumnya.