Rabu 19 Aug 2020 20:20 WIB

Semarang Lama Jadi Cagar Budaya

Semarang Lama memiliki empat situs yang mewakili perjalanan sejarah kota

Sejumlah pengunjung menikmati suasana senja di sekitar GBIP Immanuel atau Gereja Blenduk di tengah pandemi COVID-19 di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 per 27 Juli 2020, kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai 100.303 kasus, dimana 58.173 orang dinyatakan sembuh dan 4.838 orang meninggal dunia. Data tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi keempat di Asia.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah pengunjung menikmati suasana senja di sekitar GBIP Immanuel atau Gereja Blenduk di tengah pandemi COVID-19 di Kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 per 27 Juli 2020, kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai 100.303 kasus, dimana 58.173 orang dinyatakan sembuh dan 4.838 orang meninggal dunia. Data tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi keempat di Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menetapkan kawasan Kota Semarang Lama sebagai Cagar Budaya Nasional.

Penetapan tersebut dilakukan melalui penyerahan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 682/P/2020 tentang Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Semarang Lama sebagai Kawasan Cagar Budaya Tingkat Nasional.

"Untuk kita ketahui bahwa penetapan ini bukan maunya Dirjen, tapi ini keputusan bersama dari tim ahli cagar budaya," ujar Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, saat penyerahan SK Mendikbud tersebut kepada Pemerintah Kota Semarang yang disiarkan secara daring dan dipantau dari Jakarta, Rabu (19/8).

Hilmar menambahkan, penetapan Kota Semarang Lama sebagai cagar budaya merupakan perjalanan panjang sejak tiga tahun yang lalu.Setelah dikaji para ahli, Kemendikbud kemudian menetapkan Kota Semarang Lama sebagai Cagar Budaya Nasional.

Setelah ditetapkan sebagai cagar budaya, lanjut Hilmar, Pemkot Semarang memiliki tugas berat yakni bagaimana menjaga kelestarian kawasan itu."Status yang ditetapkan dari tim ahli Cagar Budaya Nasional itu harus dijaga baik-baik," imbuh dia.

Hilmar berharap penetapan Kawasan Kota Semarang Lama itu dapat menjadi bagian yang akan mengangkat Jalur Rempah.Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan perjuangan untuk menetapkan Kota Semarang Lama sebagai Cagar Budaya Nasional bukanlah kerja jam per jam melainkan kerja bertahun-tahun."Kami memasukkannya sejak 2017 lalu," kata Gunaryanti.

Selain itu, kawasan Kota Semarang Lama tersebut juga memiliki tantangan yakni kawasan yang kumuh karena banjir rob hingga bangunan yang ditelantarkan oleh pemiliknya. 

Semarang Lama memiliki empat situs yang mewakili perjalanan sejarah kota  sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20.Empat situs tersebut adalah Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan Oudestad.

Luas kawasan yakni 70,07 hektare terdiri dari Kampung Melayu seluas 6,89 hektare, Kampung Kauman seluas 15,49 hektare, Kampung Pecinan seluas 18,99 hektare, dan Oudestad seluas 28,70 hektare.

Kampung Kauman merupakan permukiman Muslim di mana terdapat Masjid Kauman,yang menggantikan Masjid Semarang yang telah terbakar.

Kampung Melayu merupakan permukiman masyarakat Melayu yang berkembang sebelum keberadaan Benteng de Viifhoek, benteng VOC pertama yang dibangun pada akhir abad ke-17.

Kampung Pecinan terbentuk sebelum Oudestad. Pemusatan permukiman orang-orang China dilakukan setelah terjadi Geger Pecinan pada 14 Juni sampai 13 November 1741 di Semarang.

Tujuan pembentukan Kampung Pecinan sebagai upaya pembangunan sistem pertahanan dan perlindungan terhadap kepentingan VOC.Oudestad merupakan Europeschebuurt atau tempat tinggal orang Eropa.

Situs ini meliputi jaringan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan termasuk Menara pengawas, mercusuar, kantor syahbandar, anjungan penumpang atau peron, dan pabean. Pada Oudestad juga terdapat Gedung pemerintahan, perkantoran dagang, keuangan, pabrik, bengkel, dan pergudangan berskala besar.

Keempat situs menjadi cikal bakal perkembangan Kota Semarang akibat dari kedatangan para pedagang asing mulai dari orang Arab, Melayu, Cina, hingga Belanda. Persilangan budaya tampak jelas dalam bentuk tata kota, bangunan secara fisik, dan atraksi budaya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement