REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah beberapa hari dari kejadian tawuran pelajar di Jalan Pramuka Raya, Matraman, Jakarta Timur pada Selasa (18/8) lalu yang menewaskan dua orang, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi mengatakan kondisi Covid-19 memicu anak-anak bertindak kekerasan.
"Kondisi Covid-19 memicu anak-anak untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau memicu perilaku agresif. Baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga," kata Kak Seto saat dikonfirmasi pada Kamis (20/8).
Menurut dia, ini merupakan tantangan bagi semua masyarakat tidak hanya pemerintah saja. Peran semua pihak termasuk dari psikolog dan tokoh agama dibutuhkan untuk memberikan suasana tenang dan damai.
"Jadi dalam situasi ini target utama yakni damai. Ciptakan suasana positif, tenang dan gembira," ujar dia.
Sehingga lanjut dia peluang anak-anak untuk menyalurkan keagresifannya sedikit atau bahkan tidak ada. Jika anak-anak mengalami stres misalnya, mereka akan mendapat tekanan dan tidak dipungkiri akan meledak dalam tindakan kekerasan. Salah satunya tawuran.
Selain peran masyarakat, peran media sosial juga penting. Kak seto menjelaskan mefia sosial harusnya diisi dengan kegiatan uang edukatif dan kreatif, sebab tawuran yang terjadi berasal dari ajakan di media sosial.
"Media sosial dikelola oleh mereka yang bertindak kekerasan. Kayak berawal tawuran kan dari medsos. Jadi peran penting juga. Mohon diisi dengan kegiatan-kegiatan edukatif dan kreatif oleh pemerintah atau masyarakat sendiri," tutur dia.