Sabtu 22 Aug 2020 03:03 WIB

Kemenperin: Teknologi AI Dongkrak Produktivitas Industri

AI mengganti fungsi manusia atau mesin dalam memproses informasi.

Kecerdasan buatan/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Kecerdasan buatan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificialintelligence/AI) menjadi salah satu bentuk penerapan industri 4.0, yang bakal mendongkrak efisiensi proses manufaktur dan produktivitas industri.

"Kalau kita lihat terminologi yang sederhana, AI mengganti fungsi manusia atau mesin dalam memproses informasi. Dengan menghasilkan machine language, semua data analitik bisa diproses, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan mengantisipasi kebutuhan atau permintaan pasar," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier di Jakarta, Jumat (21/8).

Baca Juga

Dirjen ILMATE melalui keterangan tertulis menjelaskan Kemenperin terus mendorong sektor manufaktur untuk segera menggunakan teknologi industri 4.0 guna mendongkrak kualitas produk dan kapasitas produksinya.

Sebelumnya, terdapat lima sektor yang menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronik.

"Namun, di tengah pandemi Covid-19, Kemenperin menambah dua sektor lagi sebagai pionir, yakni industri farmasi dan alat alat kesehatan. Langkah ini sebagai komitmen pemerintah untuk memperluas penerapan industri 4.0,"kataTaufiek.

Saat ini, kedua sektor tersebut sedang mengalami permintaan yang sangat tinggi. Sementara itu, lima sektor prioritas awal sudah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional mencapai 60 persen.

"Pemerintah bertekad terus menjaga aktivitas sektor industri karena selama ini konsisten menjadi penopang ekonomi. Tetapi, karena ada pandemi COVID-19, pemerintah juga menekankan agar perusahaan industri dan kawasan industri menjalankan protokol kesehatan secara ketat," katanya.

Menurut Taufiek, selain menjaga keberlangsungan usaha sektor industri, pemerintah pun fokus memacu daya saingnya. Salah satu strateginya adalah mendorong pemanfaatan teknologi digital seperti AI agar bisa menghasilkan inovasi.

"Menciptakan inovasi itu harus dimulai dengan memanfaatkan semaksimal mungkin teknologi modern, sehingga bisa mewujudkan peningkatan nilai tambah dan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini perlu didukung melalui kegiatan riset," ujarnya.

Terkait riset dan inovasi, Taufiek membagi menjadi dua bagian, yakni riset untuk riset dan riset untuk industri.

"Kami lebih fokus pada riset untuk membangun ekonomi. Pasalnya, dengan menggunakan teknologi AI dapat meningkatkan produktivitas, menyerap tenaga kerja, serta meningkatkan skill sehingga ekspor dan PDB ikut naik, yang juga berpengaruh pada peningkatan pajak," katanya.

Taufiek optimistis apabila industri 4.0 terimplementasi dengan baik di sektor manufaktur, Indonesia akan menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030 sesuai aspirasi besar Making Indonesia 4.0.

Selain itu, Indonesia juga mempunyai cita-cita besar untuk menjadi negara penghasilan tinggi (high income country) pada 2045 bertepatan dengan perayaan 100 Tahun Hari Kemerdekaan.

"Tentunya, percepatan sasaran itu perlu ditopang dengan kesiapan dari sektor industri dan dibutuhkan SDM yang kompeten,"tuturnya.

Oleh karena itu, Kemenperin juga memprioritaskan pengembangan SDM yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur pada era industri 4.0.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement