Ahad 23 Aug 2020 09:09 WIB

Pengamat: Israel akan Dekati Negara Arab Lainnya

Normalisasi hubungan UAE-Israel tunjukkan semakin besarnya kekuatan Israel.

Rep: Muhyiddin/ Red: Friska Yolandha
 Dalam file foto 26 April 2020 ini, Metro nirawak melewati Dubai Marina di Dubai, Uni Emirat Arab. Pengamat Timur Tengah Yon Machmudi mengungkapkan strategi yang digunakan Israel dalam mendapatkan pengakuan negara-negara Arab setelah melakukan perjanjian menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Dengan pengakuan ini, menurut dia, Israel dapat memastikan negara-negara Arab tidak akan menggugat isu Palestina.
Foto: AP Photo/Jon Gambrell
Dalam file foto 26 April 2020 ini, Metro nirawak melewati Dubai Marina di Dubai, Uni Emirat Arab. Pengamat Timur Tengah Yon Machmudi mengungkapkan strategi yang digunakan Israel dalam mendapatkan pengakuan negara-negara Arab setelah melakukan perjanjian menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Dengan pengakuan ini, menurut dia, Israel dapat memastikan negara-negara Arab tidak akan menggugat isu Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Timur Tengah Yon Machmudi mengungkapkan strategi yang digunakan Israel dalam mendapatkan pengakuan negara-negara Arab setelah melakukan perjanjian menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Dengan pengakuan ini, menurut dia, Israel dapat memastikan negara-negara Arab tidak akan menggugat isu Palestina.

"Pendekatan Israel kemudian akan mendekati satu-satu negara. Yang pertama adalah negara yang berdampak secara keamanan (bagi Israel). Mesir sudah normalisasi, Jordan sudah. Karena dampak konflik itu negara tetangga itu riskan dari segi keamanan (bagi Israel). Mesir menyisakan Semenanjung Sinai yang kemudian menjadi wilayah tidak bertuan dan juga banyak melibatkan agen-agen Israel dalam persoalan dalam negeri Mesir," ungkap Yon dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (23/8).

Baca Juga

Direktur Eksekutif Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind) Institute ini mengakui bahwa normalisasi hubungan antara Israel dengan UEA tersebut sebagai salah kemenangan Israel yang menunjukkan kekuatan Israel kini semakin besar.

"Ketika negara-negara di Teluk melihat Israel ini secara de facto telah berkembang menjadi kekuatan besar di kawasan, secara ekonomi dan keamanan pertahanan menjadi kekuatan besar, tentu pendekatan (mereka) tidak bisa terus-menerus berlawanan (terhadap Israel)," ucapnya.

Lebih lanjut, Kepala Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PSKTTI UI) ini menjelaskan, adanya normalisasi antara negara-negaea Arab dengan Israel tersebut kemungkinan karena didukung oleh Amerika Serikat (AS). 

"Tidak bisa dipungkiri juga kehadiran Amerika membawa pesan, membawa misi, tidak sekadar mengamankan jalur distribusi minyak dan memastikan negara-negara yang memproduksi itu rezim yang friendly terhadap Amerika tetapi juga membawa misi untuk kepentingan Israel yang dalam beberapa kasus kita bisa lihat Amerika ketika voting di Dewan Keamanan PBB selalu memberikan hak vetonya ketika itu menyangkut masalah sanksi terhadap Israel," katanya.

Menurut dia, dukungan Amerika terhadap Israel ini menjadi landasan bagi negara-negara Arab menerima Israel. "Ini background yang sangat penting, jadi ketika bersahabat dengan Amerika maka otomatis juga harus bersahabat dengan Israel, jadi tidak bisa hanya mengambil Amerika saja, tidak mengambil Israel," jelas Yon.

Walaupun Israel sudah mendapatkan satu titik kemenangan diplomasi, Yon melihat Indonesia dapat berbuat lebih di banding negara-negara Arab lain.

"Yang akan menjadi catatan sejarah adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu mendamaikan faksi-faksi yang terlibat konflik di Palestina karena ini sangat penting dalam masa depan Palestina. Ketika Mesir dan negara-negara Arab tidak dipercaya lagi, kemudian hubungan Indonesia yang tidak memiliki kepentingan ekonomi dan geopolitik bisa masuk pada faksi Hamas maupun PLO akan menjadi pengantar dalam stabilitas Palestina dan akan memperkuat posisi Palestina ke depan," ungkapnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement