REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhamad Ubaidillah
"Ikan asin sayur asem
Tahu tempe sambel tomat
Nasi putih yang masih hangat
Mengundang gairah makan ku"
Begitu lah penggalan lirik lagu berjudul Lidah Kampung karya Tony Q Rastafara yang rilis 2014 lalu. Ikan asin memang makanan khas orang kampung, tapi tahukah bahwa di Jakarta ada pasar yang hanya menjual ikan asin?
Jakarta Utara merupakan wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara. Banyak warganya menjadi nelayan. Namun tidak semua hasil laut dijual dalam keadaan segar. Untuk meningkatkan nilai ekonomis, ikan dibuat berbagai macam olahan, salah satunya ikan asin.
Pertigaan jalan Kali Baru Barat IIA dengan Jalan Kali Baru Barat 14, Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara pada Senin (24/8) siang WIB, dipenuhi dengan kendaraan parkir. Suasana ini membuat truk-truk pengangkut kayu yang lewat jalan tersebut tidak bisa berpapasan.
Kala berhenti di pertigaan jalan tersebut, pengunjung akan disuguhi bau ikan asin. Bau akan semakin menyengat kala memasuki Jalan Kali Baru Barat 14. Jalan diramaikan orang berlalu lalang. Kanan kiri jalan dipenuhi toko-toko yang menjual berbagai macam ikan asin. Bahkan tak hanya ikan asin, cumi asin juga dijual di pasar ini.
Salah seorang pemilik toko, Hendra mengatakan dirinya merupakan generasi ketiga yang menjual ikan asin di pasar rakyat ikan asin Kali Baru. Bisnis menjual ikan asin sudah dilakukan sejak masa neneknya, yakni di tahun 1970 dan berlangsung hingga sekarang.
"Saya sudah generasi ketiga, sebelumnya nenek, dilanjutkan oleh ibu, sekarang saya," kata Hendra, Senin (24/8).
Hendra menceritakan suasana pasar saat ini berbeda dengan periode 1980-an. Saat itu, kebanyakan penjual adalah pengepul yang memproduksi ikan asinnya secara mandiri. Ikan yang dibeli dari nelayan mereka buat ikan asin, lalu dijual. Saat ini, ikan asin yang dijual kebanyakan berasal dari Medan.
Lebih 50 jenis ikan asin dan hewan laut lainnya dijual di pasar ini. Harga paling mahal ditempati oleh teri medan yakni Rp 120 ribu per kilogram (kg), sedangkan paling murah yakni ikan asin atau teri murah Rp 30 ribu per kg. Sehari omzet penjualan mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
"Kadang terinya sama tapi kualitasnya beda, jadi harganya beda. Kualitas itu biasanya ditentukan dari ukuran dan tingkat kekeringannya," kata Hendra saat ditemui di tokonya.
Penjual ikan asin yang lain, Munawaroh menuturkan, ia mulai membuka toko pada pukul 11.00 WIB dan tutup pukul 17.00 WIB. Dalam sehari, ia bisa meraup untung hingga Rp 700 ribu. Ikan yang paling laku, lanjut Munawaroh, jenisnya tidak pasti. Hal itu tergantung musim ikan yang sedang ramai. "Kadang teri, cumi, dan tenggiri. Sekarang (udan) rebon juga banyak dibeli," kata Munawaroh.
Dia baru 10 tahun berjualan ikan asin di pasar tersebut. Sebelumnya, Munawaroh menjual ikan segar di daerah Indramayu, Jawa Barat. Ia beralih menjual ikan asin lantaran lebih awet dan tidak membutuhkan modal yang banyak, tetapi untung yang didapat mencapai 70 persen.
Sama halnya dengan Munawaroh, Mahmud Hanafi juga beralih menjual ikan asin. Mahmud menceritakan awal mula menjual ikan asin adalah, karena berusaha menghindari kerugian. Sebelumnya ia menjual ikan dalam keadaan segar.
Saat itu ikan segar tak kunjung laku, padahal sudah di simpan beberapa hari. Karena jumlahnya yang cukup banyak, akhirnya ia buat ikan asin yang dikeringkan. Lalu ia menjualnya ke tetangga. Keuntungan mencapai Rp 200 ribu. Padahal jumlah ikan hanya 15 kg.
"Ikan kelamaan disimpan juga enggak laku. Akhirnya saya buat ikan asin, terus dijual eh laku dan gede banget untungnya, saya pikir kalau jual banyak bisa lebih gede kali, saya coba-coba lagi, eh sampe sekarang," kata Mahmud sembari tersenyum puas.