Rabu 26 Aug 2020 23:03 WIB

Diprediksi Bisa Karam, Wasekjen PPP: Bukan Ramalan Baru

Wasekjen PPP menilai survei yang menyebut partainya bakal karam bukan hal baru.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Achmad Baidowi
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Achmad Baidowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Achmad Baidowi mengatakan bahwa pihaknya terbuka dengan siapapun yang ingin bergabung dengan partainya. Hal tersebut disampaikan untuk menanggapi pernyataan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA, Toto Izul Fatah.

"PPP memang terbuka untuk siapapun, dan memang sebagai partai orientasinya menarik siapapun yang memungkinkan untuk masuk," ujar Baidowi lewat pesan singkat, Rabu (26/8).

Baca Juga

Menurutnya, ada mekanisme di internal partai dalam menentukan seseorang untuk menjadi pimpinan partai. Di samping itu, PPP mengaku sudah terbiasa dengan prediksi atau survei yang menyebut partainya akan tenggelam.

"Tidak lolos PT, sehingga hilang dari Senayan itu bukan isu atau ramalan baru. Dari sejak lembaga survei berdiri, selalu memprediksi PPP tenggelam dan sejak Pemilu 2009 diprediksi begitu," ujar Baidowi.

PPP, kata Baidowi, menerima masukan dan pendapat dari berbagai pihak untuk partainya. Namun ia memastikan, pernyataan-pernyataan seperti itu bukan hal baru bagi partai berlambang Ka'bah itu.

"Itu hak Toto berpendapat dan beropini. Bahwa pendapat dan opini itu bukan hasil survei yang mendasarkan pada data lapangan," ujar Baidowi.

Sebelumnya, Toto menyebut, dua tokoh nasional yaitu Gatot Nurmantyo (GN) dan Sandiaga Salahudin Uno (SSU) sangat potensial menjadi magnet publik, yang dapat mengantar Partai Persatuan Pembangun (PPP) kembali bangkit sebagai parpol besar. Jika tak ada, PPP hanya akan menjadi kapal tua yang  sebentar lagi karam.

Menurut Toto, yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, pilihan paling penting dalam menghadapi pertarungan Pileg 2024, PPP harus mampu mencari figur ketua umum yang memiliki magnet publik yang kuat. Aneka program dan sistem organisasi yang ditawarkan partai Islam tersebut tak akan banyak membawa efek electoral jika tak ada figur  moncer sebagai leader.

"Meskipun program penting, tapi yang tak kalah penting dibutuhkan PPP saat ini adalah figur. Rentetan kasus hukum yang telah menyeret beberapa ketua umumnya masuk penjara, membuat PPP kehilangan legitimasi moral untuk jualan program sebagai daya tarik partai," ujar Toto lewat siaran persnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement