REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para peneliti untuk pertama kalinya mengidentifikasi infeksi ulang virus corona di Amerika Serikat (AS). Ilmuwan di University of Nevada, Reno School of Medicine dan Nevada State Public Health Laboratory sedang mempelajari kasus seorang pria berusia 25 tahun di Reno, Nevada yang kembali terinfeksi virus corona kedua kalinya, setelah dinyatakan negatif.
Pria tersebut mengalami infeksi virus corona kedua, setelah 48 hari dinyatakan sembuh dari infeksi korona yang pertama. Dia sebelumnya telah dites dua kali dan hasilnya negatif.
Pria itu pertama kali terinfeksi virus corona pada April. Kemudian, pada Mei dia mengalami gejala virus korona yang lebih parah. Para peneliti mengatakan, infeksi kedua berasal dari fakta bahwa genom dari setiap infeksi berbeda secara genetik.
"Kami memeriksa materi genom virus dan sampel untuk menyelidiki ini. Ini hanya satu temuan, tetapi ini menunjukkan bahwa seseorang mungkin dapat terinfeksi SARS-CoV-2 untuk kedua kalinya," ujar Direktur Fakultas Kedokteran Reno, Mark Pandori, dilansir Anadolu Agency, Sabtu (29/8).
Pandori menekankan, timeline singkat antara infeksi pertama dan kedua yang dialami pria tersebut dapat menimbulkan implikasi bagi pengembangan vaksin. Selain itu, temuan infeksi kedua dapat berdampak pada rencana untuk melembagakan strategi kekebalan kawanan dalam memerangi penyakit tersebut.
"Penting untuk dicatat, bahwa ini adalah temuan tunggal. Itu tidak memberikan informasi apa pun kepada kami terkait dengan generalisasi dari fenomena ini," ujar Pandori.
Awal pekan ini, peneliti Universitas Hong Kong melaporkan rincian bahwa ada seorang pria berusia 33 tahun yang telah pulih dari kasus parah Covid-19. Namun empat bulan setelahnya, dia kembali didiagnosis dengan jenis virus yang berbeda. Rizky Jaramaya