REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pesawat El Al yang dihiasi dengan lambang Bintang Daud yang digunakan sebagai jati diri Yahudi lepas landas dari Bandara Ben-Gurion, Israel pada Senin (31/8). Pesawat tersebut membawa delegasi Amerika Serikat (AS) dan Israel terbang menuju Abu Dhabi, dalam penerbangan penumpang komersial langsung pertama ke Uni Emirate Arab (UEA).
Penerbangan pesawat El Al menandai implementasi normalisasi hubungan Israel dan UEA. Kesepakatan normalisasi hubungan itu menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga yang membuka hubungan penuh dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania. Berbeda dari Mesir dan Yordania, Israel tidak pernah berperang melawan UEA. Sehingga, Israel berharap memiliki hubungan yang jauh lebih hangat.
Pesawat El Al membawa delegasi AS yang terdiri dari penasihat senior dan menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien, utusan Timur Tengah Avi Berkowitz, dan utusan untuk Iran Brian Hook. Sementara delegasi Israel diwakili oleh penasihat keamanan nasional Meir Ben-Shabbat dan direktur jenderal beberapa kementerian.
"Meskipun ini adalah penerbangan bersejarah, kami berharap ini akan memulai perjalanan yang lebih bersejarah untuk Timur Tengah dan sekitarnya," kata Kushner kepada wartawan sebelum naik ke pesawat.
Penerbangan El Al, dengan nomor LY971 sebagai isyarat ke nomor kode panggilan internasional UEA, diharapkan terbang di atas wilayah udara Arab Saudi. Itu akan menandai sejarah pertama lainnya bagi Israel dan setidaknya persetujuan kerajaan Saudi atas langkah UEA.
Juru bicara El Al, Stanley Morais mengatakan, pesawat 737-900 yang membawa delegasi AS dan Israel dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal. Ini adalah penerbangan pertama El Al setelah maskapai tersebut menghentikan operasionalnya sejak 1 Juli, karena pandemi virus corona. Pesawat itu dihiasi dengan kata-kata perdamaian dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris di atas jendela pilot.
Para jurnalis yang ikut dalam penerbangan diberikan masker khusus dengan gambar bendera Israel dan UEA. Sementara itu, dicover kursi penumpang terdapat tulisan "Making History" dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris. Lantunan musik Israel terdengar dalam penerbangan itu.
Kapten pesawat, Tal Becker sudah tidak bekerja selama beberapa bulan, karena maskapai tempatnya bekerja menghentikan seluruh operasionalnya. Dia mengaku menerima panggilan secara tiba-tiba yang memintanya untuk mempersiapkan penerbangan. Becker mengatakan, dia membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk mempersiapkan penerbangan.
Becker yang merupakan kapten senior di armada 737 El Al mengatakan, dia tidak pernah bermimpi dapat terbang ke Abu Dhabi. Dia menggambarkan penerbangan ini sebagai "perasaan yang sangat istimewa."
Delegasi Israel akan tinggal di Abu Dhabi selama satu malam. Mereka akan kembali ke Israel menggunakan maskapai penerbangan El Al, dengan nomor penerbangan LY972, sesuai kode panggilan internasional Israel.
Penerbangan komersial langsung pertama Israel-UEA rencananya akan melintas di atas wilayah Arab Saudi. Namun Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud bersama para pemimpin Teluk Arab lainnya tetap mempertahankan boikot terhadap Israel dan tak mengendurkan dukungan bagi kemerdekaan Palestina. Setiap penerbangan jangka panjang antara Israel dan UEA harus membutuhkan izin dari Saudi.
Dalam pertemuan pada Senin, beberapa perusahaan Israel telah menandatangani kesepakatan dengan perusahaan UEA. Normalisasi hubungan kedua negara tampaknya dapat membuka pintu kerja sama bisnis di sejumlah sektor seperti penerbangan, perbankan, dan keuangan.