REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makan berlebih dan obesitas merupakan dua faktor risiko diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang sudah banyak dikenal masyarakat awam. Namun, ada satu faktor risiko DM tipe 2 yang mungkin jarang diketahui banyak orang, yakni keguguran.
Keguguran sebagai salah satu faktor risiko DM tipe 2 diungkapkan oleh tim peneliti dari Copenhagen University Hospital di Denmark. Studi yang dilakukan tim peneliti menunjukkan bahwa perempuan yang pernah mengalami keguguran memiliki risiko DM tipe 2 18 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan yang tidak pernah keguguran.
"Setelah melakukan penyesuaian (faktor risiko) obesitas, analisis kami tetap menunjukkan hubungan signifikan antara keguguran dan diabetes tipe 2," jelas ketua tim peneliti Dr Pia Egerup, seperti dilansir Mirror.
Perempuan yang pernah mengalami keguguran berulang memiliki risiko DM tipe 2 yang lebih besar lagi. Semakin banyak riwayat keguguran yang pernah dialami perempuan, semakin tinggi pula risiko terhadap DM tipe 2 yang dimiliki.
Sebagai perbandingan, perempuan dengan riwayat satu kali keguguran memiliki risiko DM tipe 2 18 persen lebih tinggi. Perempuan dengan riwayat dua kali keguguran memiliki risiko DM tipe 2 38 persen lebih tinggi, sedangkan perempuan dengan riwayat tiga kali keguguran memiliki risiko DM tipe 2 71 persen lebih tinggi.
Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyarankan agar perempuan yang memiliki riwayat keguguran tiga kali atau lebih untuk sering memantau kadar gula darah mereka. Dengan begitu, perempuan yang berisiko tinggi terhadap DM tipe 2 ini bisa mendapatkan saran-saran hingga terapi lebih dini untuk mencegah terjadinya diabetes di kemudian hari.
Dr Egerup menilai hubungan antara riwayat keguguran dan risiko DM tipe 2 ini mungkin berkaitan dengan latar belakang genetik. Di sisi lain, keguguran juga dapat memicu terjadinya kaskade imunologis.
"Yang kemudian dapat mengarah pada diabetes tipe 2," pungkas Dr Egerup.
Studi yang dilakukan oleh Dr Egerup dan tim ini melibatkan lebih dari 24.700 perempuan Denmark yang lahir pada 1957-1997. Para perempuan ini terdiagnosis dengan DM tipe 2 pada 1977-2017. Selain itu, tim peneliti juga melibatkan 247.740 perempuan tanpa diabetes sebagai kelompok kontrol atau pembanding.