REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perwira tinggi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) membantah tuduhan Presiden Donald Trump soal keinginan berperang. Sebelumnya Trump mengatakan, demi menyenangkan kontraktor pertahanan, petinggi militer ingin perang terus berlangsung.
Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal James McConville mengatakan para pemimpin militer hanya akan merekomendasikan pengiriman pasukan sebagai pilihan terakhir. Pejabat Pentagon itu memang menolak mengomentari pernyataan Trump.
Ia menekankan militer tidak boleh terlibat dalam politik. Tapi McConville mengatakan para pemimpin militer mengambil keputusan untuk mengirimkan pasukan ke medan perang 'dengan sangat, sangat serius'.
"Banyak dari para pemimpin ini memiliki putra dan putri yang mengabdi di militer, banyak dari para putra dan putri pemimpin ini gugur di medan pertempuran atau mungkin dengan bertempur," kata McConville seperti dilansir dari Bussines Insider, Rabu (9/9).
"Saya bisa pastikan pada rakyat Amerika para pemimpin senior hanya akan merekomendasikan untuk mengirim pasukan kami ke medan pertempuran bila keamanan nasional dipertaruhkan dan sebagai pilihan terakhir, kami membuat rekomendasi kami dengan sangat, sangat serius," tambahnya.
Tuduhan tersebut Trump sampaikan setelah majalah The Atlantic melaporkan presiden AS ke-45 itu mengucapkan perkataan yang menyakitkan mengenai pasukan AS yang gugur di medan perang.
Ia menyebut tentara AS yang gugur di Perang Dunia I dan dimakamkan di Prancis sebagai 'pecundang' dan 'payah'. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump berulang kali mengatakan berita tersebut hoaks. "Saya tidak mengatakan militer mencintai saya, para prajurit yang mencintai saya," kata Trump, Selasa (8/9) kemarin.
Lalu ia menuduh petinggi Departemen Pertahanan AS tidak menyukainya. Karena mereka ingin agar kontraktor yang membuat senjata untuk militer AS tetap senang. "Petinggi di Pentagon mungkin tidak (menyukai saya), karena tidak ada hal lain yang ingin mereka lakukan selain berperang sehingga perusahaan-perusahaan luar biasa yang membuat bom dan membuat pesawat dan segalanya tetap senang," kata Trump.