Jumat 11 Sep 2020 15:36 WIB
Sariah Islam

Isa Anshari: Oposan Sukarno yang Perjuangkan Syariah Islam

Singa Podium Masyumi yang getol perjuangkan Syariah Islam

Isa Anshari, juru bicara dan singa podium Masyumi berpidato di depan masa.
Foto: google.comm
Isa Anshari, juru bicara dan singa podium Masyumi berpidato di depan masa.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh DR Surya Suryadi, Dosen Universitas Leiden, Belanda dan Asal Minangkabau

Pada tulisan ini kami menurunkan profil Muhammad Isa Anshary, tokoh nasional putra Minangkabau yang cukup menonjol di zamannya.Wikipedia (merujuk kepada karya Herry Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Gema Insani Press, 2006), menulis: Isa Ansyari dilahirkan di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, tanggal 1 Juli 1916.

Terkenal sebagai politisi dan tokoh Islam Indonesia yang sangat vokal. Isa pernah menjabat sebagai ketua umum Persatuan Islam (Persis), anggota konstituante, dan merupakan juru bicara Partai Masyumi pada era-1950-an. Kepiawaiannya dalam berpidato dan mempengaruhi massa, menyebabkan ia dijuluki sebagai “singa podium”.

Sebagaimana kebanyakan anak lelaki Minangkabau pada zamannya, sejak kecil  Isa sudah dididik dalam lingkungan agama Islam (surau). Memasuki usia remaja, ia aktif di berbagai organisasi keislaman, diantaranya Muhammadiyah, PSII, Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia, dan Indonesia Berparlemen.

Setelah menamatkan pendidikan di madrasah Islam di kampungnya, Isa merantau ke Bandung. Waktu itu usianya masih 16 tahun. Di kota “Paris van Java” itu Isa mengikuti berbagai kursus ilmu pengetahuan umum dan memperluas cakrawala keislamannya dengan menjadi anggota organisasi Jam’iyyah Persis. Tahun 1940 ia telah menjadi salah seorang elit Persis. Ia terus membenahi dan membesarkan Persis yang sempat layuh di Zaman Jepang, kemudian menjadi ketua umum organisasi Islam itu  sejak 1953 sampai 1960.

Wikipedia selanjutnya menulis: “Selain sebagai mubal[l]igh, Isa Anshary juga dikenal sebagai penulis yang tajam. Ia termasuk salah seorang perancang Qanun Asasi Persis yang telah diterima secara bulat oleh Muktamar V Persis (1953) dan disempurnakan pada Muktamar VIII Persis (1967).

Dalam sikap jihadnya, Isa Anshary menganggap perjuangan Persis sungguh vital dan kompleks, karena menyangkut berbagai bidang kehidupan umat. Dalam bidang pembinaan kader, Isa Anshary menekankan pentingnya sebuah madrasah, tempat membina kader-kader muda Persis.

Semangatnya dalam hal pembinaan kader tidak pernah padam meskipun ia mendekam dalam tahanan Orde Lama di Madiun. Kepada Yahya Wardi yang menjabat ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Persis periode 1956-1962, Isa Anshary mengirimkan naskah “Renungan 40 Tahun Persatuan Islam” yang ia susun dalam tahanan untuk disebarkan kepada peserta muktamar dalam rangka meningkatkan kesadaran jamaah Persis.

Melalui tulisannya, Isa Anshary mencoba menghidupkan semangat para kadernya dalam usaha mengembangkan serta menyebarkan agama Islam dan perjuangan organisasi Persis. Dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia, Isa memilih berjuang melalui parlemen [dan tulisan]. Dan melalui Partai Masyumi, ia konsisten memperjuangkan syariat Islam menjadi dasar-dasar negara.”

Salah satu debut politik Isa adalah ketika ia menggugat Presiden Sukarno di Parlemen tahun 1953 terkait dengan pidato Presiden di Amuntai (Kalimantan) tgl. 27 Januari 1953 yang menyatakan bahwa beliau tidak setuju dengan gagasan negara Islam dan lebih memilih negara Nasional. Sejak itu, Isa terus mengeritik Sukarno yang berakibat pada makin memburuknya hubungan partai Masyumi dengan Pemerintah. Puncaknya, Isa dipenjarakan oleh Rezim Orla.

Muhammad Isa Ansyari wafat di Bandung pada 11 Desember 1969. Demikianlah sedikit catatan tentang riwayat hidup seorang putra Minang yang tak henti-henti dan tak gentar memperjuangkan berdirinya negara Indonesia yang berdasarkan syariat Islam. Cita-citanya itu sampai kini belum juga tercapai, malah tampaknya semakin sulit diwujudkan.

Suryadi – Leiden, Belanda | Singgalang, Minggu, 3 April 2016 (Sumber foto: Majalah Aliran Islam. Suara Kaum Progresif Berhaluan Radikal, No. 44, Tahun Ke VII, Djanuari 1953: 1).


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement