Senin 14 Sep 2020 10:55 WIB

Wali Kota Bogota Ajak Pengunjuk Rasa Rekonsiliasi

Wali Kota Bogota meminta maaf dan mengajak pengunjuk rasa rekonsiliasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Para pengunjuk rasa menghadapi anggota polisi Mobile Anti-Riot Squad (ESMAD) dalam protes terhadap pelanggaran polisi, di Cali, Kolombia, 09 September 2020. Ratusan pengunjuk rasa di beberapa kota di Kolombia turun ke jalan pada malam 9 September untuk menuntut keadilan dalam kasus pengacara Javier Ordonez, yang meninggal setelah menjadi korban kekerasan polisi dalam penangkapan di Bogota.
Foto: EPA-EFE/Ernesto Guzman Jr.
Para pengunjuk rasa menghadapi anggota polisi Mobile Anti-Riot Squad (ESMAD) dalam protes terhadap pelanggaran polisi, di Cali, Kolombia, 09 September 2020. Ratusan pengunjuk rasa di beberapa kota di Kolombia turun ke jalan pada malam 9 September untuk menuntut keadilan dalam kasus pengacara Javier Ordonez, yang meninggal setelah menjadi korban kekerasan polisi dalam penangkapan di Bogota.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Wali kota Bogota meminta maaf dan mengajak pengunjuk rasa untuk melakukan rekonsiliasi. Hal ini disampaikan setelah sepuluh warga sipil tewas dan ratusan lainnya terluka dalam unjuk rasa di ibu kota Kolombia.

Unjuk rasa di Bogota dan kota satelitnya Soacha dipicu penangkapan yang berujung kematian Javier Ordonez. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, terlihat polisi berulang kali menyetrum ayah dua orang anak itu dengan pistol kejut.

Baca Juga

Laki-laki berusia 46 tahun itu akhirnya dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit. Dalam unjuk rasa di Bogota pada Rabu (9/9) lalu tujuh orang termasuk seorang remaja tewas ditembak.

Tiga orang tewas dalam unjuk rasa yang terjadi pada Kamis (10/9) malam, termasuk seorang perempuan yang ditabrak bus curian. Sebanyak tiga orang tewas dalam unjuk rasa di Soacha. Wali Kota Bogota Claudia Lopez meminta maaf pada keluarga korban dan mengajak demonstran untuk rekonsiliasi.

"Kami di sini hari ini meminta maaf pada semua korban brutalitas polisi," kata Lopez dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Senin (14/9).

Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara peringatan untuk mengenang para korban yang tewas dalam unjuk rasa. Keluarga korban tewas menuntut keadilan tapi mengatakan unjuk rasa selanjutnya harus berjalan dengan damai.

"Dari hati kami yang terdalam kami menuntut keadilan ditegakkan, karena kami tahu insiden lain seperti ini berlalu tanpa ada yang dihukum dan kami tidak ingin hal itu terjadi pada setiap korban," kata Bryan Baquero yang saudarinya Angie tewas dalam unjuk rasa.

Pengunjuk rasa kembali berpawai ke pusat kota Bogota yang akhirnya memicu bentrokan dengan polisi. Ratusan warga sipil terluka dalam bentrokan-bentrokan semacam itu di Soacha dan Bogota. Ada puluhan orang yang mengalami luka tembak.

Hampir 200 anggota polisi terluka sementara 60 kantor polisi dan kendaraan transportasi massal di rusak. Polisi mengatakan Ordonez minum alkohol di pinggir jalan bersama teman-temannya. Ia melanggar peraturan pembatasan sosial pandemi virus corona.

Kepolisian Kolombia menegaskan dua orang petugas yang terlibat dalam kematian Ordonez sudah dipecat dan didakwa atas penyalahgunaan wewenang dan pembunuhan. Sementara lima petugas lainnya yang terkait dengan kasus itu sudah diskors.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement