Selasa 15 Sep 2020 13:58 WIB

Orang Enggan Pergi Jauh, Mobilitas Masih Rendah

Aktivitas masyarakat di tempat transit masih 32 persen di bawah baseline.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pergerakan mobilitas masyarakat di tempat transit seperti bandara dan terminal bus pada Agustus masih lebih lambat dibandingkan di tempat lain. Data ini sejalan dengan indikator transportasi yang dirilis BPS pada awal September.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pergerakan mobilitas masyarakat di tempat transit seperti bandara dan terminal bus pada Agustus masih lebih lambat dibandingkan di tempat lain. Data ini sejalan dengan indikator transportasi yang dirilis BPS pada awal September.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pergerakan mobilitas masyarakat di tempat transit seperti bandara dan terminal bus pada Agustus masih lebih lambat dibandingkan di tempat lain. Data ini sejalan dengan indikator transportasi yang dirilis BPS pada awal September.

Aktivitas masyarakat di tempat transit masih 32 persen di bawah baseline atau dibandingkan periode 3 Januari sampai 6 Februari. Tekanan lebih dalam terasa pada akhir pekan, yakni 37 persen di bawah baseline.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, banyaknya persyaratan yang dibutuhkan masyarakat untuk berpindah ke antar daerah menjadi penyebab utama tren tersebut. "Bisa dipahami, pergerakan antar provinsi butuh surat-surat dan masih ada keengganan masyarakat untuk pergi jarak jauh," tuturnya, dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9).

Data mobilitas ini dihimpun BPS dari google mobility index. Selain tempat transit, BPS juga memantau pergerakan masyarakat di tiga tempat strategis, yakni tempat perdagangan ritel dan rekreasi, tempat belanja kebutuhan sehari-hari dan taman.