REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar meninggalnya wartawan senior Republika, Alwi Shahab menjadi duka mendalam keluarga besar Republika. Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi mengatakan, kepergian Abah Alwi, demikian ia akrab disapa, adalah kehilangan besar bagi keluarga besar Republika, dunia pers, dan masyarakat pecinta sejarah. "Abah adalah sosok wartawan teladan. Hingga usia yang menua, Abah tidak berhenti reportase untuk bisa melahirkan karya-karya jurnalisme yang penting untuk dinikmati masyarakat. Semangat reportasenya bahkan jauh meninggalkan para yuniornya," ujar Irfan, Kamis (17/9).
Irfan mengatakan, Abah Alwi tak kenal lelah untuk terus mencintai profesinya sebagai jurnalis. Bukan hanya itu, Abah Alwi juga saksi sejarah berbagai peristiwa penting di negeri ini. Irfan menyebut, pergulatan jurnalisme Abah Alwi yang selalu dekat dengan pusat kekuasaan, membuat artikel sejarahnya sulit tertandingi. "Tulisannya detil, otentik, dan selalu kaya dengan perspektif," kata Irfan.
Sebagai wartawan yang bertugas di Istana, Abah bisa banyak bercerita 'di balik panggung' para penguasa negeri ini. Sangat dalam kesaksian Abah atas perjalanan sejarah bangsa ini. Irfan juga mengatakan, secara personal, karakter Abah ini juga sangat friendly dan selalu respek kepada semua orang. "Sepanjang saya kerja bareng Abah, tidak pernah satu kali pun melihat Abah marah atau menunjukkan rasa kecewa terhadap siapapun. Doa yang terbaik untuk Abah. Insha Allah Abah selalu bahagia di sana. Selamat jalan, Bah," ujar Irfan.
Abah Alwi meninggal dunia Kamis (17/9) pukul 03.00 dini hari. Rencananya almarhum akan dimakamkan selepas waktu Ashar di Kober, depan kelurahan Balekambang Jl Pucung, Jakarta Timur.