Selasa 22 Sep 2020 09:05 WIB

Satelit Iris Pantau Emisi Gas Metana

Potensi pemanasan global gas metana adalah 30 kali lipat dibandingkan karbondioksida.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi satelit
Foto: AP
Ilustrasi satelit

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ada satelit baru di langit untuk memantau emisi metana (CH4). Gas metana adalah salah satu gas utama yang mendorong perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Dikenal sebagai Iris, pesawat luar angkasa ini dapat memetakan gumpalan CH4 di atmosfer hingga resolusi 25m. Satelit ini memungkinkan untuk mengidentifikasi sumber individu, seperti fasilitas minyak dan gas tertentu.

Baca Juga

Iris diluncurkan oleh perusahaan GHGSat yang berbasis di Montreal, Kanada pada 2 September. Satelit ini adalah pathfinder yang diharapkan perusahaan menjadi konstelasi 10 pesawat ruang angkasa pada akhir 2022.

"Ada kehebohan besar dari tim ketika data turun karena kami dapat melihat spektroskopi ada di sana, resolusinya ada di sana, semuanya sebagaimana mestinya," ujar CEO GHGSat, Stéphane Germain dilansir di BBC, Senin (21/9).

"Kami masih perlu mengerjakan kalibrasi, yang kemudian akan memungkinkan kami untuk memverifikasi ambang deteksi dan kinerja akhir satelit. Tapi sebagai citra cahaya pertama, dengan standar apa pun itu fenomenal," ucap dia.

Potensi pemanasan global gas metana adalah 30 kali lipat dibandingkan karbon dioksida.  Sumber produksi manusia sangat banyak dan beragam, termasuk tidak hanya fasilitas minyak dan gas, tetapi juga pertanian, tempat pembuangan sampah, tambang batu bara, dan bendungan pembangkit listrik tenaga air.

GHGSat sudah bekerja dengan operator, regulator, dan pihak berkepentingan lainnya untuk mengkarakterisasi emisi ini menggunakan satelit prototipe bernama Claire yang diluncurkan pada 2016. Kehadiran di orbit Iris memberikan aliran data tambahan untuk perusahaan yang sekarang ingin diinterpretasikan  di pusat analitik Inggris baru, yang akan didirikan di Edinburgh dan London dalam beberapa minggu mendatang.

"Inggris adalah yurisdiksi di mana perubahan iklim penting bagi orang-orang, dan kami ingin menjadi tempat di mana orang-orang bersedia untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan perusahaan yang ingin mengatasinya di seluruh dunia," kata Germain.

GHGSat baru-baru ini memperkuat hubungannya dengan Badan Antariksa Eropa, yang mengoperasikan satelit Sentinel-5P Uni Eropa. Satelit Sentinel-5P Uni Eropa juga memantau metana, mengambil cuplikan harian global dari gas tersebut pada resolusi 7 km. Datanya jauh lebih tidak terselesaikan dibandingkan Iris, atau memang Claire yang merasakan atmosfer pada skala 50m.

Dengan mengabungkan kinerja dua instrumen itu diharapkan bisa memetakan metana. Satelit GHG berikutnya, Hugo, sedang dalam pengujian dan diharapkan diluncurkan pada akhir tahun ini.

Perusahaan baru-baru ini mendapatkan 30 juta dolar AS dalam pembiayaan tambahan, yang memungkinkannya untuk membangun tiga pesawat ruang angkasa yang akan mengikuti Hugo ke orbit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement