REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Penyanyi asal Korea Selatan (Korsel), Jang Jae-in, buka-bukaan soal masalah kesehatan mental yang dia alami. Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, Jae-in juga mengatakan dirinya menjadi korban kekerasan seksual.
"Aku meninggalkan pesan ini. Aku butuh 11 tahun untuk menceritakan kisah ini," kata perempuan kelahiran 6 Juni 1991 itu seperti dilansir di Soompi, Rabu (23/9).
Saat berusia 17 tahun, dia pertama kali mengalami kejang. Setahun kemudian, Jae-in mulai menderita kecemasan parah, hiperventilasi, insomnia, anoreksia, dan bulimia karena kejadian yang tidak pernah ingin dia bicarakan.
Dia meyakini orang-orang yang menderita hal itu sudah tahu apa yang dia rasakan. "Aku menerima terapi, tapi tidak mudah menemukan dokter yang tepat untukku, dan aku tidak dapat dirawat lebih lanjut karena pergi ke rumah sakit dianggap tabu pada saat itu," ujarnya.
Jae-in mengunggah cerita berikutnya tentang pengalaman kekerasan seksual yang dia alami. "Aku memulai albumku (album baru) dengan kejadian itu," kata dia.
Saat berusia 19 tahun, dia diberi tahu bahwa pelaku kekerasan seksual terhadapnya sudah ditangkap. Pelakunya adalah laki-laki seusianya.
Dia juga mendengar pelaku melakukan kekerasan seksual karena pernah menjadi korban hal serupa yang dilakukan orang lain. Jae-in lantas berpikir, jika pelaku adalah korbanm maka apa sebutan untuk dirinya? Apa sebenarnya peristiwa yang baru dia alami itu? Pemikiran itu yang paling menghancurkan perasaan Jae-in.
Setelah lebih dewasa, dia memiliki penilaian lebih baik tentang peristiwa kekerasan seksual yang dialami. Menurut dia, sangat menyenangkan jika ada seseorang yang mengatakan padanya bahwa kekerasan seksual bukan kesalahannya.
"Mungkin ada lebih banyak korban pelecehan seksual yang hidup dengan rasa malu dan bersalah daripada yang kalian pikirkan, seperti aku," kata Jae-in.
Jae-in juga meminta maaf kepada ibunya dan menyebut lingkungan tempatnya dibesarkan berdampak pada gejala yang dia alami. Saat memasuki usia 20-an tahun, dia berkeinginan bisa melakukan berbagai hal menyenangkan.
Sayangnya, merasakan sedikit bahagia saja sulit dilakukan, bahkan saat dia memutuskan melakukan sesuatu. Kondisi sakit di dalam hati menjadi akar masalah hidupnya.
"Begitu caraku tumbuh dengan penyakit jangka panjang dan akhir-akhir ini kondisi itu menjadi bagian dari diriku," kata Jang.
Jae-in kini mencoba melepaskan kalimat kebahagiaan yang sempurna. Dia mengakui telah menjalani kehidupan di mana tak punya pilihan selain terikat oleh harga diri. Dia pun minum obat secara konsisten selama setahun.
"Gejalanya membaik. Dulu aku tidak menyetujui pengobatan, jadi aku hanya meminumnya paling lama tiga bulan," kata dia.
Saat merencanakan membuat album, dia memutuskan untuk menceritakan kisahnya dengan jujur. Dia berani karena melihat orang lain melakukan hal yang sama.
Tak ingin membuat orang membaca terlalu panjang unggahannya, Jae-in berterima kasih untuk orang yang mau membaca ceritanya. Dia senang bisa bercerita. Untuk itu, dia akan mencoba mengungkapkan kisahnya sedikit demi sedikit bersama dengan albumnya.
"Ini adalah sesuatu yang sangat pribadi tapi rasa sakit dan kecemasan orang lain lebih familier dibandingkan apa yang kalian pikirkan," ujarnya.