Kamis 24 Sep 2020 17:06 WIB

Rabithah: Nama DN Aidit tak Terkait Al-Aidid Dzuriyah Rasul

Rabithah menegaskan DN Aidit gembong komunis bukan keturunan Rasulullah.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Nashih Nashrullah
Habib Zen bin Smith menegaskan DN Aidit gembong komunis bukan keturunan Rasulullah.
Foto: Yasin Habibie/Republika
Habib Zen bin Smith menegaskan DN Aidit gembong komunis bukan keturunan Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Zen Umar Smith menyebut jika DN Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin. Menurutnya, hal itu perlu ditegaskan, karena menyangkut marga Aidid dan salah satu dalang pemberontakan G30S PKI. 

Nama baik Marga Al-Aidid yang tersohor dan diabadikan dalam kamus-kamus ensiklopedia, kata dia, tercoreng oleh gembong PKI. Bahkan menurutnya, nama DN Aidit itu, dianggap akan menjelekkan nama baik semua marga Alawiyyin pada umumnya. 

Baca Juga

Bahkan, Habib Zen menyatakan bisa berdampak pada nama baik Sayyidina Husain RA sebagai anak cucu Nabi Muhammad SAW. ‘’D.N Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin, karena silsilah nasabnya tidak ditemukan dalam kitab pegangan yang dijadikan pedoman lembaga nasab yang ada di Indonesia,’’ ujar dia dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (24/9). 

Dia menjelaskan, berdasarkan penuturan atau fatwa dari para sesepuh Alawiyyin, nasab itu dimulai saat hijrah pedagang Arab dari marga Al-Aidid ke Kota Pelembang. Hal itu, menurutnya juga dikuatkan sumber-sumber dari media cetak yang terbit dalam kurun waktu 1960. ‘’Pedagang itu menikah dengan seorang janda penduduk setempat yang telah mempunyai seorang anak bernama Nuh,’’ katanya. 

Nuh, sambung dia, menjadi anak angkat dari saudagar Arab tersebut dan menganggap dirinya sebagai keturunan marga Al-Aidid. Namun, karena adanya cara penulisan Aidid dari waktu ke waktu, maka nama Aidid dia sebut berubah menjadi Aidit oleh bahasa setempat. 

‘’Jelasnya huruf D pada akhir kata Aidid diganti dengan huruf T, sehingga namanya menjadi Nuh Aidit. Setelah Nuh Aidit dewasa dia menikah, dan dari pernikahannya lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama ‘Jakfar’,’’ ungkap dia.

Lanjut Zen, setelah Nuh dan istrinya meninggal dunia, Jakfar bin Nuh dibawa ke Jakarta dan diasuh keluarga pamannya (adik ibu). Jauh setelah itu, tepatnya ketika Jakfar bin Nuh dewasa, dia terpengaruh ajaran-ajaran komunis, sehingga menjadikannya bagian dari anggota Partai Komunis Indonesia. “Selanjutnya dia mengganti namanya dengan Dipa Nusantara Aidit yang kelak merupakan Gembong Komunis di Indonesia.’’ tuturnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement