REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 92 persen masyarakat, diwakili oleh responden, patuh menggunakan masker sebagai salah satu protokol kesehatan. Sementara jenis protokol kesehatan yang paling sulit dipatuhi adalah menjaga jarak dan mencuci tangan. Hanya 75 persen responden yang mengaku rutin mencuci tangan. Sedangkan yang secara aktif selalu menjaga jarak, hanya 73,54 persen.
Angka-angka tersebut diungkap melalui survei daring terkait kepatuhan dan persepsi evektivitas penerapan protokol kesehatan yang digelar BPS pada 7-14 September 2020. Survei ini berhasil menjaring 90.967 responden yang didominasi masyarakat berusia kurang dari 45 tahun.
"Jadi dari temuan ini secara umum menggembirakan, tetapi kita perlu memperhatikan penerapan baik untuk cuci tangan dan jaga jarak. Karena 3M (mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan) ini pada posisi ideal, harus berjalan paralel," ujar Kepala BPS 'Kecuk' Suhariyanto dalam keterangan pers, Senin (28/9).
Kecuk menyebutkan, persentase masyarakat yang mengenakan masker pada September ini meningkat sekitar 8 persen dibanding April lalu saat dilakukan survei serupa. Tapi catatan merahnya, persantase masyarakat yang mencuci tangan dan menjaga jarak justru mengalami penurunan, dari April ke September. Secara umum, penggunaan masker masih cukup dipatuhi kendati mencuci tangan dan jaga jarak justru semakin 'sulit' dijalankan.
"Jadi ke depan nampaknya kita perlu melakukan sosialiasi yang lebih supaya masyarakat betul-betul menerapkan 3M ini secara paralel. Karena menggunakan masker tanpa jaga jarak tentu tidak akan ada gunanya," kata Kecuk.
Bila dikaitkan dengan jenis kelamin, BPS menemukan fakta bahwa perempuan jauh lebih patuh dalam menjalankan protokol kesehatan, ketimbang laki-laki. Dalam penggunaan masker misalnya, sebanyak 94,8 persen perempuan taat mengenakan masker sementara yang laki-laki 'hanya' 88,5 persen. Tingkat kepatuhan yang cukup timpang terlihat pada poin kepatuhan dalam mencuci tangan, dengan skor 80,1 persen untuk perempuan dan 69,5 persen untuk laki-laki.
"Kemudian ketika digandengkan dengan pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, kepatuhannya semakin meningkat," kata Kecuk.
Sedangkan apabila disandingkan dengan rentang usia, maka kelompok masyarakat yang sudah berumur cenderung lebih patuh menjalankan protokol kesehatan. Kecuk juga melihat ada kecenderungan yang muda kurang patuh terhadap protokol kesehatan. Kondisi ini menjadi catatan bagi pemerintah agar bisa menyosialisasikan protokol kesehatan dengan pendekatan yang lebih segar.