Senin 28 Sep 2020 22:31 WIB

Maquinn Couture Padukan Wastra Nusantara dan Gaya Eropa

Rancangan Maquinn Couture wakili Indonesia di Milan Fashion Week 2020.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Label modest fashion asal Indonesia, Maquinn Couture, memeragakan koleksi busana Pilgrimage di ajang Milan Fashion Week 2020.
Foto: Dok Maquinn Couture
Label modest fashion asal Indonesia, Maquinn Couture, memeragakan koleksi busana Pilgrimage di ajang Milan Fashion Week 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inisiatif jenama Maquinn Couture memadukan wastra Nusantara dengan gaya Eropa tertuang dalam koleksi busana "Pilgrimage". Rancangan adibusana yang ditampilkan pada ajang Milan Fashion Week 2020 itu menggunakan batik bergaya modern.

Janice Pradipta Setyawan selaku Creative Director Maquinn Couture menjelaskan, menyampaikan inspirasi di balik sejumlah busana. Dia merancang 10 busana bersama saudara kembarnya, Benita Pradipta Setyawan.

Baca Juga

Salah satu busana pada koleksi "Pilgrimage" terinspirasi dari lukisan karya Lucas Cranach the Elder. Karya yang dibuat pada 1562 itu berlatar sebuah taman. Seorang lelaki dan seorang perempuan berdiri dekat pohon, dikelilingi berbagai hewan.

Menurut Janice, komposisi lukisan Cranach tentang Adam, Hawa, dan gambaran awal mula kehidupan manusia itu menyuguhkan definisi mengenai perjalanan leluhur. Lukisan menjadi potret kehidupan yang beragam namun terjalin dengan harmonis.

"Semua makhluk memiliki leluhur yang turut mewariskan nilai-nilai kehidupan pada generasi selanjutnya. Kami memberikan unsur embroidery pohon emas, menambahkan ornamen ular melilit di pinggang dan naik ke atas," kata Janice, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, salah satu masterpiece yang menjadi andalan koleksi "Pilgrimage" Maquinn Couture adalah busana dengan lekukan serupa vas bunga. Busana ini tidak hanya bermain motif, gambar, atau teknik, tetapi juga berani mengeksplorasi bentuk.

"Bagian paling menantang, bentuk bagian rok harus bulat sempurna, mempertahankan bentuk vas bunga. Batik yang kami pakai menggunakan motif berulang sehingga mengaplikasikannya harus terlihat seperti kesatuan satu putaran yang tidak terputus," ujarnya.

Busana lain dari koleksi "Pilgrimage" penuh dengan ornamen serupa ranting, termasuk pada aksesoris kepala. Saudari Janice, Benita, menjelaskan filosofi di balik pemilihan ranting sebagai inspirasi busana.

Ketika melihat sebuah pohon, banyak orang menganggap akar adalah bagian paling penting. Padahal, ranting yang terkesan rapuh juga sangat penting. Meski tidak tebal seperti dahan, ranting menjadi tempat bergantungnya daun, bunga, dan buah.

"Itulah mengapa kami mengadaptasi ranting mulai dari bagian dada (busana) ke atas hingga melebihi kepala. Kami melambangkan batik Indonesia seperti ranting yang bisa membawa ke jenjang lebih tinggi," tutur Benita.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement