Selasa 29 Sep 2020 09:23 WIB
Cerita di Balik Berita

Makan Malam di Rumah Jokowi

Saat diundang makan di rumah Jokowi, kami mengobrol ringan soal sepak bola.

Abdullah Sammy, Jurnalis Republika.
Abdullah Sammy, Jurnalis Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdullah Sammy, Jurnalis Republika

Juli 2011, saya mendapat penugasan meliput kongres luar biasa PSSI di Kota Solo. Saya tidak seperti kebanyakan wartawan yang senang dengan agenda liputan ke luar kota. Alasannya sederhana. Saya takut naik pesawat. Beruntungnya lokasi liputan di Kota Solo. Itu berarti mungkin bagi saya menjangkaunya lewat transportasi darat. Kereta jadi pilihan nomor satu.

Baca Juga

Sayangnya, kereta kelas eksekutif sudah ludes terjual. Dua hari sebelum kongres dimulai, saya belum mendapat tiket. Dengan sangat terpaksa, saya mesti mengintip opsi naik pesawat. Tiket tersedia. Tapi nyali membatalkan saya untuk menekan tombol pemesanan.

Di kepala saya kemudian muncul ide untuk membawa kendaraan pribadi. Saya berencana menyetir solo ke Kota Solo. Saat sedang mempersiapkan mobil di rumah, bibi saya memberi ide. "Kenapa gak naik kereta ekonomi aja dari Senen?" ujar dia.

Opsi yang tak pernah terpikir sebelumnya. Malam itu juga saya tancap gas ke stasiun Senen. Ternyata hanya tersedia kereta Senja Utama Yogyakarta. Tanpa pikir panjang saya memilih menuju Solo via Yogyakarta.

Situasi dalam kereta ekonomi membuat saya takjub. Penumpang penuh sesak. Pedagang tak henti berlalu lalang, bak pasar berjalan. Situasi yang terjadi nyaris tanpa henti sepanjang belasan jam perjalanan. Saya mengabadikan momen di kereta ekonomi itu dengan tulisan yang saya ketik sepanjang perjalanan.

Di atas kereta, saya duduk sebangku dengan penumpang asing berambut pirang. Saya penasaran, kenapa si bule memilih naik kereta ekonomi? Karena penasaran, saya mengajaknya ngobrol. Obrolan mengalir hingga berlangsung nyaris sepanjang perjalanan.

Si pria bule punya latar pendidikan yang sama dengan saya. Dia guru SMA asal Amerika yang mengajarkan pelajaran sejarah. Kebetulan saya mengambil pendidikan sejarah Amerika.

Akhirnya kami berbicara panjang lebar. Mulai obrolan sejarah, Islam, hingga perbincangan soal Snoop Dogg dan Cameron Diaz. Dua nama selebritas itu ternyata adalah bekas murid si bule bergaya 'kere' itu.

Saya mesti melebar menceritakan momen di kereta. Sebab selain si bule, liputan saya di kereta berbuntut panjang. Tulisan saya tentang kereta naik di halaman satu koran Republika edisi Sabtu dengan judul 'Pasar 443 Kilometer'. Setelah tulisan itu terbit, saya ditelpon Humas KAI. Dia meminta saya untuk memuat klarifikasi tertulis dari Dirut KAI Ignatius Jonan.

Yang saya salut, dalam perjalanan pulang kemudian yang juga menggunakan kereta ekonomi, pedagang tak lagi terlihat. Semua steril. Situasi yang menjadi  titik balik dunia perkeretapian di bawah kepemimpinan Jonan.

Kembali ke soal kongres PSSI. Saya tiba ke Yogya dan langsung melanjutkan perjalanan ke Solo dengan menumpang kereta Perambanan Ekspress. Saya tiba di Solo sekitar Maghrib. Celakanya, semua hotel di sekitar lokasi kongres penuh. Kalaupun tersedia, lokasinya sangat jauh.

Saya kemudian menuju mushola untuk solat dan beristirahat. Di mushola saya bertemu dengan beberapa wartawan yang bernasib sama. Tak mendapat hotel.

Saya kembali tulis kisah tersebut sebagai bahan berita. Tulisan itu naik di Republika.co.id dengan judul Hotel Penuh, Sejumlah Wartawan Peliput Kongres PSSI Tidur di Masjid. Tulisan yang berbuah "manis".

Selang beberapa jam, saya mendapat telpon dari tim sukses calon ketua umum PSSI. Saya diminta menginap di hotel bintang lima yang menjadi markas mereka. Tapi saya menolak karena lanjur telah mengontak kerabat untuk menginap di kediamannya.

Keesokan harinya, hari kongres tiba. Ada ketakutan kongres berlangsung kisruh. Ini mengingat pengalaman kongres sebelumnya yang sempat kisruh dengan melibatkan aparat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement