REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat menawarkan sedikitnya tujuh proyek ke investor Singapura senilai triliun rupiah. Realisasi investasi proyek tersebut diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi di Jawa Barat.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar Noneng Komara Nengsih menyebutkan, proyek tersebut di antaranya Aerocity Kertajati (BIJB) sekitar 78 juta dolar AS, financial center 39 juta dolar AS, dan investasi pengembangan Ciater Raya Rp 65 triliun. Investasi lainnya yaitu Kawasan Walini Raya, Jatigede Regional Water System, Subang industrial Park, dan lainnya.
Noneng mengatakan, Pemprov Jabar optimistis berbagai investasi tersebut akan dilirik investor mancanegara. Walaupun dunia saat ini sedang dihadapkan pada perlambatan ekonomi.
Ia mengakui, penanaman modal asing (PMA) pada semester 1/2020 memang turun sampai 30 persen. Namun, hal ituni mungkin karena keterbatasan akses antara negara sehingga investor sulit untuk melihat langsung ke lokasi.
"Tapi ke depan, kami yakin akan terus membaik," ujar Noneng pada acara The 3rd Indonesia Investment Day (IID) 2020 yang digelar secara daring, Selasa (29/9).
Menurut Noneng, pada semester 1, Jabar masih menjadi provinsi tujuan investasi yang banyak diburu investor. Bahkan, realisasi investasi Jabar tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor berinvestasi di Jabar tetap tinggi di masa pandemi.
Noneng berharap, akan ada banyak investor yang merealisasikan investasinya tahun ini. Investasi, akan menjadi mesin bagi ekonomi kawasan. Naiknya investasi diharapkan menggerakkan sektor lainnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan, investasi di Jabar selain prospeknya menarik juga realisasinya terus naik. Peningkatan tersebut didukung populasi penduduk, potensi investasi yang terbuka lebar, dekat dengan Jakarta, dan lainnya.
"Itu menjadi modal investasi Jabar. Tinggal bagaimana peluang investasi ini bisa dimanfaatkan walaupun saat ini kita sedang dihadapkan pada tantangan ekonomi yang cukup berat," kata Herawanto.
Saat ini, kata dia, minat investor Singapura ke Indonesia masih cukup tinggi. Namun, pandemi membuat akses investasi sedikit terhambat. Tidak sedikit dari investor yang menahan berinvestasi karena tidak bisa melihat secara langsung tempat dan proyek yang bakal dikerjakan.