REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Hasil dari studi keamanan awal terhadap kandidat vaksin Covid-19 Moderna Inc. menunjukkan hasil positif bagi orang tua. Penelitian terbaru ini menunjukan tentang keamanan vaksin terhadap kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi parah akibat Covid-19.
Hasil penelitian ini menunjukkan kandidat vaksin tersebut menghasilkan antibodi penawar virus pada tingkat yang sama antara orang tua dan anak muda. Efek samping yang diberikan pun kira-kira setara dengan dosis tinggi suntikan flu.
Salah satu peneliti utama studi tersebut dari Emory University di Atlanta, Dr. Evan Anderson, mengatakan kekebalan cenderung melemah seiring bertambahnya usia. Kondisi ini membuat hasil tersebut menjadi temuan yang meyakinkan tentang keamanan vaksin.
Studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine ini merupakan perpanjangan dari uji coba keamanan Fase I Moderna yang pertama kali dilakukan pada individu berusia 18-55 tahun. Proses ini menguji dua dosis vaksin Moderna dengan 25 mikrogram dan 100 mikrogram pada 40 orang dewasa berusia 56 hingga 70 dan lebih dari 71 tahun.
Tim menemukan bahwa pada orang tua yang menerima dua suntikan dari 100 mikrogram dosis dengan selang waktu 28 hari menghasilkan tanggapan kekebalan kira-kira sejalan dengan yang terlihat pada orang yang lebih muda. Moderna sudah menguji dosis yang lebih tinggi dalam uji coba besar Tahap III, tahap terakhir sebelum meminta otorisasi atau persetujuan darurat.
Efek samping termasuk sakit kepala, kelelahan, nyeri tubuh, menggigil, dan nyeri tempat suntikan, dianggap ringan sampai sedang. Setidaknya dalam dua kasus, relawan mengalami reaksi yang parah.
Seseorang ditemukan demam tingkat tiga dengan 39 derajat celcius atau lebih setelah menerima dosis vaksin yang lebih rendah. Kelelahan lainnya berkembang begitu parah sehingga mencegah aktivitas sehari-hari untuk sementara.
Efek samping, menurut Anderson, biasanya terjadi segera setelah menerima vaksin dan diatasi dengan cepat. "Ini mirip dengan apa yang dialami banyak orang dewasa yang lebih tua dengan vaksin influenza dosis tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak atau demam," ujarnya.
Pengembang multimedia senior berusia 65 tahun di Emory bernama Norman Hulme menggunakan dosis yang lebih rendah dari vaksin tersebut. Dia mengatakan merasa terdorong untuk mengambil bagian dalam uji coba setelah menyaksikan penanggap pertama di New York dan Negara Bagian Washington melawan virus tersebut.
"Saya benar-benar tidak mengalami efek samping sama sekali," kata sosok yang dibesarkan di daerah New York tersebut.
Hulme mengetahui kalau vaksin Moderna menggunakan teknologi baru. Dia menyadari mungkin ada risiko dengan menjadi sukarelawan pengujian vaksin. "Seseorang harus melakukannya," ujarnya menyatakan alasan keterlibatan.