Kamis 01 Oct 2020 15:19 WIB

Hadapi Krisis, Penting Berprasangka Baik kepada Allah

Umat perlu berprasangka baik kepada Allah di masa krisis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
 Hadapi Krisis, Penting Berprasangka Baik kepada Allah. Foto: Berdoa (Ilustrasi)
Foto: Republika
Hadapi Krisis, Penting Berprasangka Baik kepada Allah. Foto: Berdoa (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dampak pandemi Covid-19 memang telah menyerang hampir semua lini kehidupan. Namun, di tengah-tengah kondisi sulit justru perlu sikap pantang menyerah, dan sangat penting senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT.

Pemilik Rumah Warna, Nanang Syaifurrozy, menceritakan pengalam ketika pandemi Covid-19 membuat bisnis yang dijalankan harus anjlok 80 persen. Namun, ia mengaku tidak menyerah dan terus berprasangka baik kepada Allah SWT.

Baca Juga

Ternyata, berpegang teguh dalam ketaatan secara spiritual justru memberinya jawaban. Tanpa disangka, ikhtiar maksimal bisnisnya membuat pelindung wajah, Nanang mendapat banyak orderan dan menutupi kerugian yang sebelumnya.

"Suatu yang kecil dan sepele kalau Allah SWT ridho akan dimudahkan dan dilancarkan dalam segala hal. Allah akan mendatangkan rezeki yang tidak disangka," kata Nanang dalam Growth Talk Online Ibisma Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (1/10).

Ia membenarkan, faktor-faktor orang berbisnis seperti kebutuhan materi dan dorongan emosional bisa membut orang berjuang lebih. Bahkan, mereka yang berangkat dari dorongan emosional kerap membuatnya lebih tahan banting.

Namun, Nanang mengingatkan, ada faktor lain yaitu spiritual. Terlebih, bagi seorang Muslim berbisnis harus ada dalam selimut spiritual sebagai motivasi tertinggi. Sehingga, ukuran sukses bisa pula spiritual, bukan cuma duniawi.

"Tujuannya, tidak hanya memperbanyak harta tapi kebermanfaatan bagi orang lain. Keberkahan jadi tolak ukur keberhasilan yang menambah ketaatan diri, yang dikejar bukan seberapa yang didapat tapi ketenangan hati," ujar Nanang.

Pemilik Villa Crepes, Laksono Wahyu Nino menuturkan, penting pula melakukan intropeksi terhadap bisnis yang sedang dijalankan. Hal itu untuk menghindari dari sifat takabur dan merasa diri sendiri yang paling mampu lakukan semua.

Terlebih, ia mengingatkan, sifat takabur itu sendiri merupakan salah satu penghambat diturunkannya rezeki. Termasuk, tidak jujur kepada pelanggan, tidak amanah dalam bekerja dan akad yang belum dilakukan sesuai syariat.

"Jangan dilakukan walaupun keuntungan menggiurkan, tetap berpegang teguh terhadap syariat. Intropeksi jadi satu kunci hadapi krisis dalam berbisnis, jangan lupa bersabar dan bertaqwa hadapi bisnis yang sedang alami krisis," ujar Laksono. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement