REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewujudkan visi industri jasa keuangan yang dapat memajukan kesejahteraan umum. OJK berinisiatif untuk melakukan program strategis yang fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengungkit potensi ekonomi di daerah, pengembangan UMKM dan layanan keuangan dari hulu sampai hilir, serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pihaknya optimistis masih banyak potensi-potensi di daerah untuk dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. "Potensi pertumbuhan ada di daerah untuk tumbuh lebih cepat lagi,” ujarnya dalam keterangan tulis, Kamis (1/10).
Menurutnya berbagai program telah dilakukan OJK dengan mendorong perluasan akses keuangan di daerah dan masyarakat atau usaha kecil dan ultra mikro, seperti misalnya Bank Wakaf Mikro (BWM), program Jaring, Laku Pandai, TPAKD, BumDes Center dan Pilot Project KUR Klaster di berbagai daerah.
“Kami menginisiasi pengembangan BUMDes melalui program BUMDesa Center yang kini telah terbentuk 29 BUMDesa Center di Sumsel, Kaltim, Jawa, NTT, dan Papua. Saat ini kami juga mensinergikan program BUMDesa Center dengan program Bank Wakaf Mikro,” kata Wimboh.
Selain itu, OJK berinovasi untuk melayani masyarakat di berbagai daerah guna mendapatkan akses pembiayaan yang cepat, mudah dan murah melalui program kerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam forum TPAKD melalui skema Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR).
Hingga 22 September lalu, telah terdapat 19 TPAKD yang mengimplementasikan skema K/PMR ini mulai dari Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Provinsi Sumut, NTT, Kab. Tabalong Kalsel, Malang, Lombok Timur dan lainnya, dengan nilai penyaluran Rp585,7 miliar mencakup 47,8 ribu debitur.
Selain itu, untuk mengakselerasi penyaluran KUR, OJK telah mengembangkan pilot KUR Klaster di desa Karang Sari, Sumatera Selatan, dengan mengoptimalkan peran BUMDes yang akan didorong secara masif ke berbagai daerah.
"Untuk mendorong perkembangan UMKM, OJK mengeluarkan program digitalisasi UMKM dengan go digital UMKM, sehingga dapat bertahan di era new normal, sejalan dengan kecenderungan masyarakat untuk bertransaksi digital kian yang meningkat dan menjadi suatu kebiasaan baru di masa pendemi ini," jelasnya.
Saat ini, OJK dalam tahap mengembangkan ekosistem digital Bank Wakaf Mikro melalui aplikasi BWM Mobile, sehingga nasabah BWM yang merupakan pelaku usaha mikro dapat melakukan kegiatan operasional secara digital saat halaqoh (pertemuan) mingguan, pembayaran dengan QRIS, maupun transaksi melalui layanan digital perbankan serta jaringan pemasaran para pelaku UMKM yang terhubung dengan marketplace maupun BUMDES.
"OJK juga senantiasa meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat sejak dini, karena hal ini berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Edukasi keuangan menjadi tonggak utama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dengan terus menerus melakukan program edukasi secara virtual masa pandemi ini," ucapnya.
Inklusi keuangan sejak dini diterapkan dalam program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) sebagai salah satu bentuk Aksi Pelajar Indonesia Menabung dalam rangka implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung.
"Harapannya, ke depan setiap pelajar di Indonesia memiliki rekening. Saat ini, sudah terdapat 33,9 juta rekening pelajar," ucapnya. (Novita Intan)