Jumat 02 Oct 2020 16:28 WIB

Jadi Parpol Bukan Opsi Tepat untuk KAMI

Tokoh di balik KAMI punya pengaruh cukup besar terhadap publik.

Red: Indira Rezkisari
Seorang massa aksi menunjukkan pin Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat aksi dan deklarasi di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (7/9). Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menggelar deklarasi di sebuah rumah di Kota Bandung dan di depan Gedung Sate setelah sempat mendapat kecaman dan penolakan dari berbagai pihak. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Seorang massa aksi menunjukkan pin Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat aksi dan deklarasi di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (7/9). Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menggelar deklarasi di sebuah rumah di Kota Bandung dan di depan Gedung Sate setelah sempat mendapat kecaman dan penolakan dari berbagai pihak. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho, Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar

Munculnya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) membawa potensi kekuatan baru dalam dinamika politik Indonesia. Namun, menjadi partai politik (parpol) dinilai bukan opsi yang tepat bagi gerakan yang dimotori Din Syamsuddin cs itu.

Baca Juga

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, potensi politis KAMI cukup kuat, terlebih tema gagasannya seringkali kontra pemerintah. Di samping itu, tokoh-tokoh yang mengemuka juga cenderung kental nuansa kepentingan.

"Tetapi menjadi parpol baru agaknya tidak cukup baik bagi KAMI, selain karena tema gerakannya yang terbatas, juga karena seluruh ideologi politik sudah dimiliki semua parpol yang ada," ujar Dedi pada Republika.co.id, Jumat (2/10).