Jumat 02 Oct 2020 17:52 WIB

Trump Positif Covid-19, IHSG dan Rupiah Tertekan

Kabar Trump yang positif Covid-19 membuat investor beralih ke aset safe haven.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang pengunjung mengabadikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/9).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Seorang pengunjung mengabadikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan pasar saham dan pasar keuangan domestik cenderung melemah pada perdagangan Jumat (2/10).

Direktur Anugerah Investama Sekuritas, Hans Kwee, mengatakan, pelaku pasar merespons negatif pernyataan Presiden Donald Trump yang mengaku positif Covid-19 pada hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan konsisten bergerak di zona merah dan berakhir terkoreksi sebesar 0,87 persen ke level 4.926,73.

Baca Juga

Demikian halnya dengan rupiah. Rupiah ditutup melemah tipis 29 poin di level 14.864 per dolar AS  dibandingkan penutupan sebelumnya.

Hans mengatakan, pernyataan Trump yang terkena Covid-19 menjadi salah satu faktor utama melemahnya pasar saham dan pasar keuangan di dalam negeri. "Pasar mengalami koreksi dan tekanan turun akibat pernyataan Trump pada sesi siang tadi, kata Hans saat dihubungi Republika, Jumat (2/10).

Menurut Hans, kabar Trump yang positif Covid-19 membuat investor berbondong-bondong bergerak ke aset safe haven sehingga dolar AS dan yen Jepan pun mengalami penguatan. Secara otomatis, hal ini berdampak negatif terhadap Indonesia karena membuat rupiah melemah. 

Selain itu, menurut Hans, pasar khawatir Trump akan kembali memberlakukan lockdown secara ketat. Ini artinya akan berpeluang mengganggu aktivitas perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat (AS). Hingga saat ini, negara adidaya tersebut masih menjadi salah satu tujuan ekspor utama Indonesia. 

Di waktu yang bersamaan, pada tahun ini AS akan menyelenggarakan pemilihan presiden (pilpres). Dengan terinfeksinya Trump, ia berpeluang lebih kecil untuk memenangkan pilpres. Sebaliknya, Joe Biden berpeluang memenangkan kursi nomor satu di AS. 

Di sisi lain, menurut Hans, hal tersebut memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan Indonesia. Imbal hasil (yield) atas US treasury akan menguat sehingga berdampak negatif pada obligasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Meski demikian, Hans melihat, tekanan kabar Trump terhadap pasar domestik ini tidak akan berlangsung lama. Hans memperkirakan pekan depan pasar masih akan terguncang lebih karena dipengaruhi perkembangan global.

Dari global, menurut Hans, masih banyak sentimen negatif yang mewarnai pasar domestik. "Selain kasus pandemi yang terus naik, paket stimulus amerika yang mungkin menemukan jalan buntu serta ditambah dengan Trump yang positif covid akan membuat market cukup volatil di pekan depan," tutur Hans. 

Sementara itu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, terinfeksinya Trump akan mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi di AS. Menurutnya, hal tersebur akan berdampak negatif terhadap pasar.

"Ada kemungkinan besar bahwa pasar akan ketakutan. Kalau terjadi sesuatu pada Trump tentu akan membahayakan negara," kata Ibrahim.

Ibrahim melihat terinfeksinya Trump akan membuat peluang Biden memenangkan pilpres menjadi lebih besar. Di sisi lain, ini juga akan memberikan dampak positif bagi pasar karena perang dagang kemungkinan tidak akan berlanjut. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement