REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menurunkan tim khusus Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) guna melakukan penelitian atas padamnya Api Abadi Mrapen, di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
Sejauh ini, sumber api dari perut bumi tersebut dianggap tidak bisa padam. Namun semburan api abadi tersebut kini sudah tidak bisa dilihat lagi di lokasi tersebut, karena telah benar- benar padam, dalam sepekan terakhir.
"Maka saya minta Tim Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk turun ke Mrapen, untuk mencari penyebabnya," ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Semarang, Jumat (2/10).
Menurut Ganjar, api abadi Mrapen sangat fenomenal karena menjadi sumber api bagi obor sejumlah event olahraga baik nasional maupun internasional. Namun sumber api abadi tersebut dikabarkan padam sejak tanggal 25 September lalu.
Tim khusus Dinas ESDM, jelasnya, telah diminta untuk meneliti dan menangani padamnya api abadi tersebut. Apakah ada sesuatu yang menyebabkan matinya sumber api abadi Mrapen tersebut.
Apakah karena cadangan sumber daya (gas) yang ada di dalamnya sudah habis, atau karena faktor lain seperti pengaruh kegiatan eksploitasi yang ada di lingkungan sekitar sumber api abadi tersebut. "Maka saya minta dilakukan pengecekan di sana," tegasnya.
Gubernur juga menambahkan, kalau padamnya sumber api abadi Mrapen akibat cadangan gas yang ada di dalam perut bumi sudah habis, maka itu berarti karena faktor alam. Ia menganalogikan jika di bawah lokasi api abadi Mrapen terdapat ruangan- ruangan yang berisi gas dan gas tersebut keluar sedikit demi sedikit, sebagai sumber semburan api abadi tersebut.
"Kalau gasnya habis, ya pasti mati. Maka alamnya bagaimana," ucapnya.
Demikian halnya, lanjut Ganjar, tidak menutup kemungkinan kalau ternyata ada sebab lain, seperti adanya gangguan seperti kegiatan eksplotasi terhadap kawasan yang ada di sekitarnya. Bisa jadi, di sebelahnya ada orang yang melakukan tindakan yang mengganggu, umpamnya menggali kemudian gasnya bocor ke lubang yang digali tersebut.
"Karena itu saya minta agar dicek betul sekaligus melakukan penelitian," katanya.
Gubernur juga meminta, kalau matinya api abadi Mrapen disebabkan karena adanya aktivitas eksploitasi disekitarnya, maka ia juga meminta kepada tim ESDM sekaligus untuk melakukan tindakan. "Makanya, saya minta tim khusus yang terdiri atas ahli geolog tersebut untuk melakukan tindakan dan juga meminta laporan hasil penelitian itu," ujarnya.
Sementara itu, Menurut keterangan Kasi Energi Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan, Sinung Sugeng Arianto, sebelum api abadi Mrapen padam, sempat ada semburan air bercampur gas saat pengeboran sumur yang berlokasi tak jauh dari Mrapen.
Meski semburan tersebut sudah berhasil ditutup, tapi sampai saat ini air dan gas masih merembes. Kendati begitu ia belum berani memastikan, apakah aktivitas pengeboran yang dimaksud yang menjadi pemicu padamnya api abadi Mrapen. "Masih diperlukan kajian," ucapnya.