REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Sebanyak empat warga sipil meninggal dunia dan 10 lainnya luka-luka setelah Stepanakert, ibu kota Nagorno-Karabakh, mendapatkan serangan bom pada Ahad (4/10). Bom tersebut diketahui menyerang permukiman Shusha.
Sekretaris pers Kementerian Pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, memposting video di Facebook. Dalam video tersebut menggambarkan dugaan serangan dari Azerbaijan di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert.
Video tersebut menunjukkan penembakan kota terjadi pada 4 Oktober, sementara sirine serangan udara terdengar di latar belakang. Bagian kedua dari video tersebut menunjukkan konsekuensi dari serangan tersebut, berupa kendaraan sipil yang hancur, rumah yang berantakan, dan kawah dari peluru yang meledak.
Dikutip Sputniknews, bentrokan di wilayah mayoritas etnis Armenia itu kembali terjadi pada 27 September ketika Yerevan dan Baku saling menuduh melanggar gencatan senjata. Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh melaporkan lusinan korban berjatuhan, baik dari militer dan sipil.
Hingga saat ini, Armenia dan Azerbaijan belum mau melakukan perundingan dan saling mengancam untuk menarik pasukan dari wilayah tersebut. Kedua negara tetap keras bertahan dan melanjutkan serangan.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyerukan gencatan senjata segera dalam percakapan dengan Menteri Luar Negeri Armenia. Moskow menyatakan siap membantu mencari solusi untuk konflik tersebut melalui Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).