Kamis 08 Oct 2020 17:45 WIB

Mengenal Ustaz Yayan, Guru Ngaji Bagi Anak-anak Jalanan

Kisahnya mengajar ngaji anak-anak jalanan dimulai pada 2015 silam.

Ustaz Yayan Kusdiana (40 tahun).
Foto: Dok PPPA Daarul Quran.
Ustaz Yayan Kusdiana (40 tahun).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Yayan Kusdiana (40) adalah pengajar di Rumah Tahfidz Sirojul Qori yang berada di Desa Karangpawitan, Kecamatan Padaherang, Pangandaran, Jawa Barat. Sekilas, Ustaz Yayan, panggilannya, nampak seperti lelaki pada umumnya.

Namun, siapa sangka, pria asli Desa Karangpawitan ini merupakan sosok yang sangat inspiratif karena selain menjadi pengajar di rumah tahfidz, ia juga menjadi guru ngaji bagi anak-anak jalanan.

Baca Juga

Kisahnya mengajar ngaji anak-anak jalanan dimulai pada 2015 silam. Ketika itu sebelum Rumah Tahfidz Sirojul Qori yang terlebih dahulu merupakan Madrasah itu berdiri, ia kerap bertemu dengan anak-anak jalanan dari berbagai latar belakang nongkrong-nongkrong di pos ronda dekat tempat tinggalnya.

Melihat mereka yang hampir tak memiliki masa depan sebab hanya bermain bahkan kerap mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu hati Ustaz Yayan pun tergerak. Ia memutuskan untuk mendekati anak-anak tersebut dan berbaur dengan mereka.

Mula-mula, Ustadz Yayan sering membelikan mereka kopi dan mengajak ngobrol. Semua itu ia lakukan agar dekat dengan mereka. Sebab, jika ia langsung mendakwahi anak-anak tersebut, mereka akan segan kepadanya.

Dari pos ronda, Ustaz Yayan kemudian mengajak mereka ke masjid. Karena sikapnya itu, ditambah Ustaz Yayan yang dikenal sebagai tokoh agama di kampungnya, membuat anak-anak jalanan itu mulai menaruh perhatian kepadanya. Bahkan, lambat laun, mereka mulai meminta untuk diajari mengaji.

"Sejak 2015, terus saya memberikan curahan perhatian, sering ngasih kopi, ada milik apapun saya ajak, waktu itu kan nongkrongnya di pos ronda, saya ajak dipindahin ke masjid, nongkrongnya di masjid, lama-kelamaan mereka ingin diajari ngaji," ujarnya.

Sejak saat itu, ia mulai mengajari mereka mengaji Iqra, Al-Qur'an sampai bacaan sholat. Hingga saat ini, Ustaz Yayan memiliki jadwal khusus untuk mereka, yakni malam Jum'at setiap pekannya. Ia mengatakan bahwa ada banyak anak jalanan yang mengaji bersamanya, namun ada 10 anak yang sampai saat ini istiqomah mengaji bersamanya.

"Alhamdulillah, saat ini anak-anak masih ada jadwal rutin, malam Jum'at, biasa lah pasang surut, kadang ada banyak yang ngaji, kadang juga biasa, sekarang yang istiqomah belajar itu ada kurang lebih 10 orang, ada yang udah nikah, ada yang masih anak-anak remaja, bahkan sekarang bukan hanya belajar tahsin, juga belajar bab akidah, tauhid, dan sebagainya," tururnya.

Menurutnya, mereka bukan anak-anak yang anti sosial. Mereka hanya kurang perhatian dan ingin diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya. "Sebenarnya mereka itu ingin ada yang perhatikan, ingin ada yang mengajak, karena mereka itu dianggapnya seperti sebelah mata, tidak diperhatikan, maka saya berupaya waktu itu, melakukan pendekatan secara emosional," jelas Ustaz Yayan.

Saat ini, perjuangan Ustaz Yayan pun membuahkan hasil. Salah seorang santrinya yang berasal dari anak-anak jalanan itu sudah ada yang hafal tiga juz. Meski baru sedikit, namun hal tersebut merupakan prestasi yang sangat baik. Sebab, melihat latar belakang mereka yang merupakan anak jalanan dan jarang mendapatkan sentuhan rohani membuat awal-awal mengaji terasa begitu berat. Dahulu, menurutunya banyak dari mereka yang masih buta huruf hijaiyah.

Namun, bagi Ustadz Yayan semua itu merupakan tantangan tersendiri. Ia tidak menganggap hal itu sebagai masalah karena sejatinya ia ingin mengajak anak-anak jalanan tersebut menjadi orang yang mengenal agama.

"Karena bagi saya mengajar anak-anak yang dengan keadaan seperti itu, merupakan suatu tantangan, orang-orang yang broken, yang jauh dari agama itu adalah tantangan," terangnya.

Ia kerap menasihati anak-anak didiknya, katanya hidup itu harus disyukuri dengan cara berbuat baik. Itulah bentuk syukur kepada Allah yang sudah memberikan kesempatan kepada manusia untuk hidup gratis di dunia ini. Sebab, kehidupan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

"Harapan saya, anak-anak yang saya bina, saya arahkan untuk melalukan kebaikan, mudah-mudahan anak-anak ini jadi penghafal Qur'an, jadi anak-anak yang meneruskan, mensyiarkan, menjunjung tinggi agama, meskipun awalnya mereka itu orang-orang yang dipandang sebelah mata, tapi mereka buktikan dengan istiqomah bersama agama," tutupnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement