REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Syahrizal Syarif mengatakan peningkatan kasus Covid-19 dari klaster demonstrasi sudah pasti akan terjadi. Ia memperkirakan, akan banyak kasus tanpa gejala atau asimtomatik.
"Demo, sudah pasti meningkatkan penularan, pada dua sampai tiga minggu mendatang. Tapi tidak terlihat di laporan kasus harian, karena pemeriksaan spesimen kapasitasnya tidak bertambah. Peningkatan terjadi pada kasus asimtomatik karena mereka anak-anak muda," kata Syahrizal, dihubungi Republika, Jumat (9/10).
Menurutnya, pemeriksaan dan tes status Covid-19 kepada para peserta aksi, baik mahasiswa maupun buruh memang harus dilakukan. Jika data hasil pemeriksaan rapid test diketahui, kata dia, dapat menggambarkan situasi wabah di masyarakat.
Terkait hal ini, penting dilakukan upaya pencatatan jumlah orang yang diperiksa dan reaksinya terhadap tes. "Jika diketahui berapa yang diperiksa, berapa reaktif, kemudian dikonfirmasi swab, data ini bisa menggambarkan positive rate di masyarakat," kata dia lagi.
Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), Arif Satria mengatakan kampusnya akan segera berkoordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) terkait potensi penularan Covid-19 selama aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja. Menurutnya, upaya tracing menjadi sangat penting mengingat kegiatan demonstrasi sangat minim protokol kesehatan.
"Kita akan segera koordinasi dengan BEM tentang hal tersebut. Kita merencanakan. Ini penting untuk pencegahan dan pengendalian penularan," kata Arif