REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom senior Chatib Basri menyebutkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan perusahaan sulit melakukan ekspansi. Bahkan, banyak dunia usaha harus menjadi 'zombie' karena bertahan di satu kapasitas yang sama dalam jangka waktu lama, atau bahkan mengurangi kapasitasnya.
Hal itu dikarenakan perusahaan harus tetap membayar biaya tetap (fixed cost) ketika skala ekonomis mereka tidak tercapai. Misalnya, mal dan restoran yang harus membayar sewa, meskipun pengunjung mereka berkurang.
"Kalau skala ekonomis ini terus tidak tercapai, dia akan menjadi zombies company," tutur Chatib dalam 'webinar, Selasa (13/10).
Perusahaan zombi yang dimaksud Chatib adalah perusahaan itu tetap bertahan. Tapi, pemasukan yang mereka dapatkan hanya untuk membayar ongkos-ongkos produksi atau bahkan sekadar menutup utang di bank.
Ekspansi usaha menjadi suatu hal yang sulit dilakukan karena keterbatasan pendapatan. Beberapa di antara mereka hanya sanggup membayar biaya variabel (variable cost). "Mereka berpikir, ngapain menambah investasi baru kalau investasi yang sudah ada tidak bisa di-utilized," ucap Chatib yang pernah menjabat sebagai mantan menteri keuangan.
Chatib menuturkan, pembukaan wilayah yang masih bersifat terbatas saat ini atau reopening sebenarnya juga hanya memberikan dampak jangka pendek terhadap ekonomi. Hal ini sudah terlihat dari indeks manufaktur Indonesia (PMI) yang turun ke 47,2 pada bulan lalu setelah sempat naik ke 50,8 pada Agustus.
Kondisi itu digambarkan Chatib sebagai short lift atau kegiatan ekonomi tumbuh dalam jangka waktu pendek. Dampaknya, pemulihan ekonomi Indonesia akan sulit berbentuk V, melainkan L, U atau W.
Banyak faktor yang menyebabkan reopening hanya memberikan dampak kecil. Salah satunya, Chatib menyebutkan, daya beli masyarakat yang memang belum pulih akibat pembatasan aktivitas ekonomi. "Ketika reopening terjadi, ekonomi sempat naik karena permintaan tertunda. Tapi, setelah itu, flat lagi," ucapnya.
Selain itu, ada perubahan perilaku masyarakat, terutama kelompok menengah ke atas. Chatib mengatakan, mereka lebih berhati-hati dalam berkonsumsi karena ketidakpastian yang masih tinggi terhadap situasi ekonomi.