REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Interaksi Covid-19 dengan penyakit kronis yang terus meningkat secara global dan faktor-faktor risiko terkait, termasuk obesitas, gula darah yang tinggi, dan polusi udara luar ruangan, selama 30 tahun terakhir telah menciptakan sebuah badai yang memicu tingkat kematian Covid-19.
Berdasarkan penelitian Global Burdenof Disease Study (GBD), meningkatnya paparan terhadap faktor-faktor risiko utama, termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, dan kolesterol tinggi, disertai meningkatnya kematian karena penyakit kardiovaskular di beberapa negara menunjukkan bahwa dunia mungkin sedang mendekati sebuah titik balik dalam peningkatan harapan hidup.
"Sebagian besar faktor-faktor risiko ini dapat dicegah dan diobati sehingga dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang besar. Kita gagal mengubah perilaku-perilaku tidak sehat, terutama yang berkaitan dengan kualitas makanan, asupan kalori, dan kegiatan fisik, sebagian karena tidak ada perhatian yang cukup (dari pembuat) kebijakan dan pendanaan untuk kesehatan publik dan riset (mengenai) perilaku," kata Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Universitas Washington, Amerika Serikat, Professor Christopher Murray, yang memimpin riset tersebut dalam siaran pers, Ahad (18/10).
Pemimpin Redaksi The Lancet, Richard Horton, mengatakan Covid-19 merupakan keadaan darurat kesehatan kronis yang akut. Menurutnya, kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, dan kolesterol tinggi yang diderita oleh jutaan orang berperan penting dalam mempercepat kematian lebih dari 1 juta orang yang disebabkan oleh Covid-19 hingga saat ini.
Penelitian GBD menemukan bahwa cedera karena kecelakaan di jalan, gangguan sakit kepala, HIV/AIDS,nyeri punggung bawah, dan gangguan depresi adalah masalah kesehatan yang dominan di kalangan orang yang lebih muda berusia 10-49 tahun. Sementara itu, penyakit jantung iskemik, stroke, dan diabetes merupakan kontributor utama gangguan kesehatan pada orang-orang berusia 50 tahun atau lebih.
GBD juga menemukan bahwa peningkatan penyakit kronis, dikombinasikan dengan kegagalan fasilitas kesehatan masyarakat dalam mengatasi faktor risiko yang dapat dicegah, telah membuat populasi rentan menghadapi keadaan darurat kesehatan seperti pandemi virus corona.
Menurut Richard Horton, sifat sindemik dari ancaman yang kita hadapi menuntut kita untuk tidak hanya menyembuhkan penyakit, namun juga harus segera mengatasi kesenjangan sosial seperti kemiskinan, perumahan, pendidikan, dan suku, yang semuanya merupakan fondasi dari kesehatan yang baik.
Selama satu dekade terakhir, terdapat kenaikan yang cukup besar dan mengkhawatirkan (di atas 0,5 persen per tahun secara global) dalam paparan terhadap beberapa risiko yang dapat dicegah, yakni obesitas, gula darah tinggi, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang yang berkontribusi terhadap bertambahnya beban penyakit tidak menular (PTM), dan menekankan kebutuhan mendesak untuk upaya kesehatan publik yang lebih kuat.
Di antara risiko-risiko utama PTM, hanya merokok yang menurun secara signifikan. Upaya keras untuk mengimplementasikan kebijakan pengendalian tembakau internasional telah membuat paparan terhadap merokok menurun sebesar hampir 10 persen di seluruh dunia sejak 2010, meskipun tembakau (yang dihirup, dihirup dari pihak lain, dan dikunyah) tetap menjadi penyebab utama kematian di banyak negara berpendapatan tinggi, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jepang, Belgia, dan Denmark di tahun 2019; dan merenggut hampir 9 juta jiwa di seluruh dunia.
Rekan penulis Profesor Emmanuela Gakidou dari IHME mengatakan, mengingat bahwa pilihan-pilihan individu dipengaruhi oleh pertimbangan keuangan, edukasi, dan ketersediaan alternatif, maka pemerintah hendaknya bekerja sama secara global untuk membuat perilaku yang lebih sehat bagi setiap orang.
“Adanya dampak yang besar dari pembangunan sosial dan ekonomi terhadap kemajuan kesehatan, maka melipatgandakan kebijakan dan strategi yang merangsang pertumbuhan ekonomi, memperluas akses kepada pendidikan di sekolah, dan meningkatkan status perempuan, hendaknya menjadi prioritas kita bersama," kata Murray.