Senin 19 Oct 2020 22:21 WIB

Yayasan Dian Sastrowardoyo Kenalkan Coding kepada Pelajar

Magnifique dan Yayasan Dian Sastrowardoyo adakan webinar tentang belajar coding.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Aktris Dian Sastrowardoyo berpendapat, kebutuhan sektor digital telah membukakan pintu seluasnya bagi para siswa untuk menjadi bagian dari lapangan kerja.
Foto: Antara
Aktris Dian Sastrowardoyo berpendapat, kebutuhan sektor digital telah membukakan pintu seluasnya bagi para siswa untuk menjadi bagian dari lapangan kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan pasar terhadap programmer atau tenaga ahli pemrogrmaan komputer (coding) semakin meningkat. Sementara itu, tingkat ketersediaan tenaga kerja bidang ini kurang dapat memenuhi kebutuhan yang tinggi, menurut laporan dari konsultan keuangan Inggris KPMG yang dikutip oleh riset Singapore Management University dan JP Morgan.

Diperkirakan pada akhir 2030, Indonesia akan kekurangan tenaga coding sebanyak sembilan juta orang. Keterbatasan akses untuk mendapatkan pendidikan informal mengenai coding masih merupakan salah satu penyebab.

Baca Juga

Padahal, ilmu coding dapat dipelajari dalam waktu singkat, sehingga siswa putus sekolah atau yang tidak mampu melanjutkan ke bangku kuliah, dapat membekali diri menjadi praktisi coding. Magnifique dan Yayasan Dian Sastrowardoyo pun menghelat webinar M-Class dengan tema meraih sukses di era digital dengan belajar coding bersama Markoding (Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa).

Selaku penggagas yayasan, Dian Sastrowardoyo mengatakan, kebutuhan sektor digital telah membukakan pintu seluasnya bagi para siswa untuk menjadi bagian dari lapangan kerja. Ia menyebut, kondisi pandemi Covid-19 seharusnya tidak menghalangi minat mereka untuk memperluas wawasan.

"Dengan bantuan Markoding, kami ingin para siswa yang tertarik dengan bidang ini dapat mengenalnya dengan lebih baik untuk kemudian dapat menjadi pilihan pendidikan informal yang bermanfaat,” ujar Dian.

Amanda Simandjuntak, Co-Founder Markoding mengatakan, beberapa masalah di Indonesia, antara lain kurikulum yang sering kali tidak sesuai dan tenaga pengajarnya. Masih banyak sekolah yang menerapkan kurikulum lama, seperti untuk pelejaran Teknologi Informasi, hanya diajarkan MS Office atau bahasa pemrograman yang jadul. Begitu juga tenaga pengajar yang tidak terlalu paham apa yang diajarkan.

"Kami gali-gali, masalahnya seputar itu, kami ingin selesaikan dan Markoding ingin menjembatani kesenjangan skill tadi," kata Amanda dalam webinar Meraih Sukses di Era Digital dengan Belajar Coding (Magnifique Indonesia x Yayasan Dian Sastrowardoyo x Markoding).

Lebih lanjut, Amanda mengatakan bahwa kemampuan abad 21 yang akan menjadi kunci Markoding antara lain, kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan keinginan berbuat sesuatu (compassion). Pada prinsipnya, coding adalah tentang logika berpikir dan bisa dipelajari siapa saja.

"Kalau kita tahu Gojek, Tokoepdia, Tiktok dan lain-lain, di belakangnya itu ya coding. Semuanya tidak ribet asalkan mau belajar," katanya.

Di Markoding, ada M-Class yang dilakukan setiap bulannya dengan mendatangkan para pembicara kompeten dan topik yang berbeda di setiap sesinya. Mekanisme M-Class dilakukan tidak hanya dengan mengadakan webinar gratis, tapi juga pengadaan kuota internet bagi siswa yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terbebani untuk dapat mengikuti acara.

“Ke depannya, kami mengharapkan lebih banyak lagi kolaborator yang bersinergi bersama kami, baik dalam hal pengajaran, penyediaan komunitas maupun sebagai sponsor,” kata Arifaldi Dasril, Managing Partner Magnifique.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement