Rabu 21 Oct 2020 06:28 WIB

BNPB: Vaksin Efektif, Patuhi Protokol Kesehatan

Apa yang diminta ke masyarakat belum sebanding dengan perjuangan nakes di rumah sakit

Sejumlah relawan mengikuti pelatihan penanggulangan COVID-19 di SMKN 3, Bandung, Jawa Barat, Senin (19/10/2020). Pemprov Jawa Barat bersama BNPB dan Satgas COVID-19 menggelar pelatihan yang diikuti oleh tiga ribu orang dari berbagai organisasi dan instansi di Jawa Barat guna memberikan edukasi pada masyarakat sehingga laju pertambahan dan perkembangan kasus COVID-19 di provinsi tersebut dapat menurun.
Foto: RAISAN AL FARISI/ANTARA
Sejumlah relawan mengikuti pelatihan penanggulangan COVID-19 di SMKN 3, Bandung, Jawa Barat, Senin (19/10/2020). Pemprov Jawa Barat bersama BNPB dan Satgas COVID-19 menggelar pelatihan yang diikuti oleh tiga ribu orang dari berbagai organisasi dan instansi di Jawa Barat guna memberikan edukasi pada masyarakat sehingga laju pertambahan dan perkembangan kasus COVID-19 di provinsi tersebut dapat menurun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan masyarakat bahwa mematuhi protokol kesehatan merupakan "vaksin" yang paling efektif menangkal penularan virus corona baru sebelum obat dan vaksin ditemukan. "Presiden sudah katakan, sebelum vaksin dan obat ditemukan maka 'vaksin' yang efektif untuk mencegah Covid-19 adalah patuh protokol kesehatan," kata Doni Monardo dalam talk show yang disiarkan televisi swasta di Jakarta, Selasa (21/10).

Ia mengatakan memakai masker dengan benar, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan merupakan sejumlah protokol kesehatan yang wajib dipatuhi masyarakat agar terhindar dari penularan Covid-19 selama vaksin dan obat belum ditemukan.

Menurut dia, apa yang diminati pemerintah kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan belum sebanding dengan perjuangan tenaga kesehatan di rumah sakit. Angka kematian dokter cukup tinggi di Indonesia, lebih dari 130 orang dan bahkan di antara mereka merupakan dokter umum.

"Artinya hampir semua dokter berpotensi terpapar Covid-19. Kalau kita mau menjaga tenaga kesehatan kita, maka harus kerja keras mengurangi angka pasien Covid-19, sehingga para dokter bisa lebih relaksasi dan mempermudah mempercepat penanganan pasien," ujar Doni.

Ia mengatakan kolaborasi penta helix dari tingkat pusat hingga daerah dan ikut melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk tokoh agama, merupakan cara untuk memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa siapa saja dapat terinfeksi SARS-CoV-2 terlebih jika tidak menjalankan protokol kesehatan dengan benar.

"Kolaborasi penta helix penting sekali. Khususnya tokoh agama, karena masih ada 17 persen masyarakat kita yang menganggap Covid-19 tidak mungkin menulari mereka. Satgas juga bekerja sama dengan Dewan Pers, kita ikutkan juga 5.800 wartawan untuk mengupayakan mengubah perilaku masyarakat, termasuk yang 17 persen tadi," ujar Doni.

Menurut dia, seluruh masyarakat Indonesia perlu optimistis, bahwa sebagai bangsa pejuang, dengan kolaborasi bersama Covid-19 dapat dikendalikan. 

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement