Kamis 22 Oct 2020 06:56 WIB

Menhan AS Ungkap Gandeng Prabowo Lawan Pengaruh China

Esper tuding China pakai perangkap keuangan bikin aliansi dengan Myanmar hingga Laos.

Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Mark T Esper menekan MoU dengan Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto di Pentagon, Washington DC, pada Senin (19/10).
Foto: dok KBRI Washington DC
Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Mark T Esper menekan MoU dengan Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto di Pentagon, Washington DC, pada Senin (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark T Esper menyampaikan inisiatif koalisi baru pada Selasa (20/10), untuk memperkuat dan memperluas aliansi negeri Paman Sam dengan negara "demokrasi yang berpikiran sama" guna melawan Rusia dan China.

Dilaporkan Channel News Asia pada Rabu (21/10), Esper mengatakan, Pentagon akan secara sistematis memantau dan mengelola hubungannya dengan negara-negara mitra, yang bertujuan untuk menemukan cara untuk mengoordinasikan militer dan juga untuk memajukan penjualan senjata AS.

Inisiatif, yang disebut Panduan Pembangunan untuk Aliansi dan Kemitraan (GDAP), datang hanya dua pekan, sebelum pemilihan presiden digelar. Jika Presiden Donald Trump kalah melawan Joe Bidan, sepertinya posisi Esper diganti pada Januari 2021.

"Jaringan sekutu dan mitra Amerika memberi kita keuntungan asimetris yang tidak dapat ditandingi oleh musuh kita," kata Esper, menyebut jaringan itu "tulang punggung tatanan berbasis aturan internasional."

Esper pun menggarisbawahi perlunya untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan "negara demokrasi yang berpikiran sama seperti India dan Indonesia,". Dia merujuk pada pertemuan dengan Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto pada Senin (19/10) di Pentagon, Washington DC, dan akan mengunjungi India pada pekan depan. "Mereka semua mengakui apa yang sedang dilakukan China," katanya.

Menurut Esper, bagian penting dari upaya ini adalah untuk memperluas penjualan senjata AS, untuk membantu sekutu meningkatkan kemampuan pertahanan dan untuk meningkatkan industri pertahanan AS melawan persaingan dari Moskow dan Beijing. "Kita harus bersaing dengan China dan Rusia yang industri milik negaranya dapat mempercepat ekspor militer dengan cara yang kita tidak bisa, dan kita tidak pernah mau, dalam banyak kasus."

Esper menyinggung, China menggunakan paksaan dan perangkap keuangan untuk membangun aliansi dengan negara-negara lemah, seperti Myanmar, Kamboja, dan Laos. "Semakin kecil negara dan semakin besar kebutuhannya, semakin berat tekanan dari Beijing," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement