REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya transfirmasi digital dalam pemulihan ekonomi. Menurutnya, transformasi digital diperlukan bukan karena Indonesia yang saat ini tengah dilanda pandemi Covid-19, melainkan karena kebutuhan.
Maka dari itu, seluruh pelaku usaha, utamanya UMKM harus mulai beralih ke transaksi digital. "Transformasi digital untuk pemulihan ekonomi harusnya bukan karena Covid-19 tapi memang karena kebutuhan," ujar Khofifah saat membuka acara Jatim Fair di Grand City, Surabaya, Kamis (22/10).
Khofifah kemudian menyampaikan prediksi Jack Ma, dimana pada 2030 sekitar 90 persen UMKM akan melakukan proses penjualan dan pembelian secara daring. Artinya hampir seluruh UMKM akan terakomodasi dalam e-commerce. Karena itu, transformasi digital sangatlah penting.
Khofifah berharap peran serta dari seluruh institusi yang bisa mentransformasikan digitalisasi ekonomi terutama untuk pelaku UMKM. Institusi yang dimaksud Khofifah seperti Bank Indonesia, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta institusi lainnya. Institusi tersebut diharapkannya mampu menyiapkan literasi digital, yang bisa menjadi panduan bagi pelaku usaha, utamanya UMKM.
"Saya mohon kita bersama bisa menguatkan pelaku UMKM di Jatim. Jadi memandang yang membuka jaringan seperti BI, Kadin juga harus bergabung," ujar Khofifah.
Khofifah menegaskan pentingnya terobosan-terobosan yang memungkinkan bisa membuka pasar baru bagi pelaku UMKM. Salah satunya melalui transformasi digital. Apalagi, peran UMKM sangatlah berpengaruh terhadap PDRB Jatim.
"Karna 54 persen PDRB Jatim didukung UMKM. Kalau naik Insya Allah PDRB meningkat dan pertumbuhan ekonomi naik," ujar Khofifah.
Sekdaprov Jatim, Heru Tjahjono mengatakan, Jatim Fair merupakan salah satu rangkaian acara dalam peringatan HUT Pemprov Jatim yang ke-75. Setidaknya ada 124 stan yang disediakan dalam gelaran Jatim Fair, yang diperuntukan bagi 116 peserta. Namun demikian, sebagian besar pelaku UMKM memasarkan produknya secara daring.
"Kita melihat hari ini karena memang Covid-19, jadi yang offline hanya 20 persen, sementara yang online 80 persen. Maka tema besar yg diambil adalah Transformasi Digital untuk Pemulihan Ekonomi," kata dia.