Jumat 23 Oct 2020 21:37 WIB

Satgas Ajak Santri Putus Rantai Penularan Virus Corona

Mematuhi protokol kesehatan menjadi ibadah karena menjaga diri kita dan orang lain

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah santri yang tergabung dalam Laskar Santri Nusantara dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Salatiga mengikuti kirab dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 di kawasan Danau Rawa Pening, Radesa Wisata Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (22/10/2020). Kegiatan tersebut mengusung tema
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Sejumlah santri yang tergabung dalam Laskar Santri Nusantara dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Salatiga mengikuti kirab dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 di kawasan Danau Rawa Pening, Radesa Wisata Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (22/10/2020). Kegiatan tersebut mengusung tema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) masih terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengajak semua pihak, termasuk santri untuk ikut memutus rantai penularan virus ini. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi menilai pandemi virus ini bisa berakhir ketika rantai penularan virus diputus.

Sonny menilai santri yang mayoritas masih muda bisa ikut membantu memutus penularan. Sonny meminta pihak pondok pesantren (ponpes) yang menampung para santri harus memastikan area internal dalam kondisi bersih dan sehat. "Kemudian memastikan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) berjalan," katanya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Sosialisasi Pesantren Daarul  Quran: Iman, Aman, dan Imun, Jumat (23/10).

Misalnya, dia melanjutkan, santri jangan menggunakan alat shalat yang sama, hingga makan bersama selama pandemi juga harus dihindari. Selain itu, ia menyarankan di pesantren membentuk satuan tugas (satgas) yang mengingatkan penghuni pesantren supaya menjalankan 3M. Ia juga meminta petugas satgas memperdalam pengetahuan tentang virus ini supaya lebih mengerti.

Tak hanya di dalam,  para santri bisa menjadi teladan dengan mengajak warga sekitarnya untuk mematuhi protokol kesehatan. Ia mengakui, peran santri masih luar biasa penting. Menurutnya, kalau satu santri bisa mempengaruhi 10 orang lain menerapkan protokol kesehatan maka 100 santri saja berpotensi mengajak 1.000 orang lain supaya ikut menerapkan 3M. "Dengan peran ini, terutama mengajak teman-teman sebaya di lingkungan sekitar, santri sudah membantu satgas untuk segera memutus rantai penularan dan bebas dari pandemi," kata Sonny

Sebab anak muda masih menjadi kelompok yang paling banyak terinfeksi virus dan tidak bergejala. Kemudian generasi muda termasuk santri jika terinfeksi virus ini tidak mengalami kondisi yang mengancam jiwa karena bisa sembuh. Namun,  kondisinya berbeda jika Covid-19 terjadi pada kelompok lanjut usia dan orang yang punya penyakit penyerta, sebab kondisi ini bisa menyebabkan kondisi memburuk hingga kematian.  Sayangnya,  terkadang anak muda abai menerapkan protokol kesehatan. Padahal, Sonny menjelaskan orang yang terinfeksi virus tetapi tidak mengunakan masker memiliki kemungkinan menulari orang lain hingga 70 persen.  

Di kesempatan yang sama, ulama Yusuf Mansur menyebutkan mematuhi protokol kesehatan bisa menjadi ibadah. Yusuf meminta masyarakat mematuhi dan melaksanakan protokol kesehatan saat pandemi virus ini. Ketika masyarakat menerapkan itu, ia mengapresiasi individu yang mematuhinya. Ini termasuk memakai masker menjadi ibadah paling tinggi di Islam dan agama manapun.  "Karena dengan memakai masker maka kita menjaga keselamatan diri kita dan orang lain. Bukankah Islam menjadi agama yang mulia karena menyelamatkan diri dan orang lain," katanya.

Kemudian, ketika kaum Muslim mematuhi protokol kesehatan yang lain seperti menjaga jarak, social distancing, menghindari kerumunan maka juga menjadi ibadah. Meski ibadah ini belum dilakukan sebelum pandemi dan sekarang ada, menurutnya ini berarti Allah SWT menambah jenis ibadah. Individu yang mengaplikasikannya maka Tuhan kemudian menutup dosa dan kebusukannya. "Maka tanpa sadar kita malah dapat amal shaleh menjadi pahala untuk menutup hal yang buruk tadi," ujarnya.

Ia mengimbau kaum Muslim dan Muslimah untuk memperhatikan keselamatan diri dan orang lain karena di situlah Islam berperan.  "Percuma melakukan banyak hal tetapi mendatangkan bahaya buat kita, apalagi orang lain," katanya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement