REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sedikitnya delapan warga sipil diculik dan ditembak mati di provinsi Saladin, Irak. Hal itu diungkap badan hak asasi manusia.
"Kelompok bersenjata dari pasukan Hashd al-Shaabi menculik 25 warga sipil pada 17 Oktober, membebaskan 13 dari mereka, menewaskan delapan, dan empat lainnya masih belum diketahui nasibnya," kata pernyataan tertulis dari Euro-Mediterranean Human Rights Monitor.
Mayat delapan orang, di antaranya termasuk anak-anak, ditemukan di daerah pertanian dengan bekas luka peluru di kepala dan dada mereka, tutur pernyataan itu. Identitas warga sipil yang terbunuh juga disebutkan dalam pernyataan itu.
Sumber lokal mengatakan para pelaku, yang mengenakan seragam militer dan mengendarai kendaraan dengan lambang Hashd al-Shaabi, ingin membalas pembunuhan salah satu militan mereka oleh Daesh.
“Mayat yang tertinggal di lahan pertanian itu memiliki bekas luka pisau dan peluru. Jelas sekali mereka disiksa,” ujar salah seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Kelompok-kelompok ini sering menculik warga dan kami belum pernah mendengar ada orang yang diculik sebelumnya,” tambah warga itu.
Enes Cercavi, manajer regional timur tengah dan utara organisasi itu, mengatakan penculikan dan pembunuhan warga Irak adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Seharusnya tidak ada fleksibilitas dalam mengungkapkan dan menghukum para pelaku," tutur Cercavi.