Senin 26 Oct 2020 08:53 WIB

Macron: Prancis tak akan Menyerah

Macron menyebut pelaku tersebut sebagai Islamis.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
 Macron: Prancis tak akan Menyerah. Foto: Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: EPA-EFE/LUDOVIC MARIN
Macron: Prancis tak akan Menyerah. Foto: Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengunggah tweetnya dalam bahasa Arab pada Ahad tentang Prancis tidak akan menyerah dan menghormati semua perbedaan di tengah kontroversi penggunaan kartun Nabi Muhammad yang menewaskan seorang guru beberapa waktu lalu. Macron menyebut pelaku tersebut sebagai Islamis.

“Kami tidak akan pernah menyerah. Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat damai. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal,”ujarnya dalam cuitannya, dilansir Englis Alarabiya, Senin (26/10).

Baca Juga

Macron telah mengkritik mereka yang dia sebut sebagai Islamis dan membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. Hal ini terjadi setelah seorang guru bahasa Prancis dipenggal pekan lalu di dekat Paris usai dia menunjukkan kartun Nabi selama kelas tentang kebebasan berbicara. Macron mengatakan guru yang terbunuh itu adalah korban serangan teroris Islam.

Macron ikut dalam upacara penghormatan guru tersebut pekan lalu. "Dia dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita dan mereka tidak akan pernah memilikinya,” kata dia.

Insiden itu telah memicu perdebatan tentang menghormati agama dan mendorong banyak pemimpin di dunia Islam untuk mengutuk kejahatan tersebut. Pun dengan menekankan pentingnya menghormati para nabi. Ada beberapa kampanye media sosial di negara-negara Muslim yang menyerukan pemboikotan produk Prancis.

Imam besar Al-Azhar pada Selasa lalu mengutuk pemenggalan seorang guru bahasa Prancis. Tetapi dia mengatakan menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah ajakan untuk membenci.

Sementara Sheikh Ahmed Al-Tayeb dari Institusi Islam Sunni Mesir berpidato di Capitol Square Roma di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi, dan Buddha. Termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia.

"Sebagai seorang Muslim dan Syekh Al-Azhar, saya menyatakan Islam, ajarannya, dan Nabi tidak bersalah dari kejahatan teroris yang jahat ini," kata Tayeb dalam pidatonya. Dia menekankan, menghina agama dan menyerang simbol suci mereka di bawah kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual dan undangan terbuka untuk kebencian.

"Teroris ini tidak berbicara untuk agama Nabi Muhammad, sama seperti teroris di Selandia Baru yang membunuh Muslim di masjid berbicara untuk agama Yesus," ucap dia.

Polisi Prancis telah menangkap 16 orang, termasuk seorang radikal Islam dan empat anggota keluarga Anzorov. Salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di dunia, Al-Azhar pada September mengutuk keputusan majalah satir Prancis Charlie Hebdo untuk mencetak ulang kartun Nabi Muhammad.

Paty (47 tahun) diserang dan dibunuh oleh seorang remaja berusia 18 tahun dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.

Dia telah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad. Dia dipenggal kepalanya oleh Abdullah Anzorov. Usai memenggal, Anzorov mengunggah gambar tubuh korbandi Twitter sebelum dia ditembak mati oleh polisi.

Sumber:

https://english.alarabiya.net/en/News/world/2020/10/25/France-s-Macron-tweets-in-Arabic-We-will-never-give-in

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement