Senin 26 Oct 2020 20:52 WIB

Kepala BPIP Sebut Santri Selalu Jaga Tradisi

Santri selalu merawat tradisi yang dapat mempersatukan umat

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D mengatakan para santri dan ulama selain simbol dalam perlawanan penjajah juga selalu menjaga tradisi yang dapat mempersatukan umat.
Foto: BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D mengatakan para santri dan ulama selain simbol dalam perlawanan penjajah juga selalu menjaga tradisi yang dapat mempersatukan umat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D mengatakan para santri dan ulama selain simbol dalam perlawanan penjajah juga selalu menjaga tradisi yang dapat mempersatukan umat.

“Saya ingin menambahkan saja selain dari aspek kepahlawanan, santri juga selalu merawat tradisi yang dapat mempersatukan umat, seperti sholat malam, ziarah kubur,” ucapnya saat menjadi keynote speech pada webinar Peringatan Hari Santri Nasional dengan tema “Merawat dan Meruwat: Abdi santri untuk Negeri”, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya menurut tokoh Lulusan Pondok Pesantren Tremas Pacitan dan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta itu santri selalu mengembangkan pendidikannya di dalam pondok pesantren. Sehingga diharapkan para santri dapat meningkatkan prestasinya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kita berharap para santri dapat terus meningkatkan prestasi untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Pendidikan dan ekonomi kreatif,” tambahnya dikutip dari laman resmi BPIP.

Sementara itu salah seorang pembicara dalam webinar tersebut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama DR. H. Waryono Abdul Ghafur, M. AG mengakui semakin diperlukannya santri dalam pembangunan Nasional dalam kerangka NKRI, maka jumlah Pondok Pesantren dan Jumlah santri setiap tahunnya cukup meningkat.

“Jumlah Pondok Pesantren pada tahun 2019 mencapai 25 ribuan namun pada tahun ini sudah mencapai 31 ribu dengan jumlah santri mencapai 18 juta orang di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Ia juga menegaskan pada era reformasi ini, pondok pesantren modern dan salafiyah atau tradisional tidak relevan jika disebut dikotomi. Tetapi melebur sama-sama mengembangkan pendidikan agama islam maupun pendidikan umum.    

“Kontribusi santri pada era saat ini sudah sama yaitu menjaga Pancasila, pelopor dan pelaku Pendidikan yang moderat, pelopor dakwah islam, perilaku hidup toleran, teguh dalam menjaga kebhinekaan, ikut menggerakan ekonomi mandiri dan industri kreatif, agen pemberdayaan masyarakat dan perdamaian Dunia,” tegasnya.

Dirinya bahkan menyebut dalam layanan pondok pesantren dalam menjawab tantangan masa depan santri tidak akan ada matinya dalam menjaga tradisi dan mengawal inovasi.

Selain dari Kementrian Agama pembicara pada webinar tersebut juga disampaikan Ketua Umum Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama, Rektor Institut Agama Islam Fatahul Muluk Jayapura dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement