Selasa 03 Nov 2020 07:36 WIB

Gangguan Makan Tingkatkan Risiko Body Dysmorphic Disorder

Gangguan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup bila tidak ditangani.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Hindari makan berlebihan dan cukup berolahraga bantu capai berat badan ideal. Orang dengan body dysmorphic disorder (BDD) perlu diskrining gangguan makan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Hindari makan berlebihan dan cukup berolahraga bantu capai berat badan ideal. Orang dengan body dysmorphic disorder (BDD) perlu diskrining gangguan makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang mengalami gangguan makan memiliki kemungkinan 12 kali lipat lebih besar untuk mengalami gangguan dismorfik tubuh alias body dysmorphic disorder (BDD). Gangguan ini akan membuat penderitanya sangat terobsesi terhadap kekurangan yang mereka rasakan pada penampilan fisik.

Menurut tim peneliti, BDD dapat memicu munculnya perasaan kecemasan dan stres terkait bentuk tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup bila tidak ditangani.

Baca Juga

"Tenaga kesehatan yang menangani orang dengan gangguan dismorfik tubuh perlu men-skrining mereka secara rutin terkait gangguan makan, mengingat studi ini menunjukkan hubungan kuat antara keduanya," jelas peneliti dari Anglia Ruskin University Mike Trott, seperti dilansir Times Now News.

Studi yang dimuat dalam jurnal Eating and Weight Disorders/ ini melibatkan lebih dari 1.600 partisipan melalui media sosial. Sekitar 30 persen dari partisipan mengindikasikan adanya gangguan makan. Sebanyak 76 persen dari partisipan tersebut mengalami BDD.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa kasus BDD 12 kali lebih tinggi pada orang-orang yang bergelut dengan gangguan makan. Selain itu, tim peneliti juga mengungkapkan tidak ada hubungan yang signifikan antara BDD dengan seksualitas dan penggunaan media sosial. Akan tetapi, tim peneliti mendapati bahwa BDD cenderung lebih banyak dialami oleh perempuan.

"Studi ini menunjukkan lebih banyak bukti mengenai hubungan rumit yang ada antara gangguan dismorfik tubuh dan gangguan makan," kata tim peneliti.

Studi ini memberikan bukti adanya hubungan yang kuat antara BDD dan gangguan makan. Oleh karena itu, tim peneliti menganjurkan agar tenaga kesehatan yang menangani pasien dengan BDD untuk melakukan skrining gangguan makan pada pasien tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement