REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economic (Core) Piter Abdullah memprediksi jika Joe Biden menang dalam Pilpres AS, dalam jangka pendek mendorong aliran modal asing ke sejumlah negara berkembang. Termasuk Indonesia, karena sesuai ekspektasi pasar.
“Dampaknya positif, dalam arti Biden ini dianggap lebih menjanjikan kepastian, sementara selama periode Trump, pasar keuangan global gonjang-ganjing karena kebijakannya ekstrim,” kata Piter dihubungi di Jakarta, Kamis (5/11).
Menurut dia, pelaku pasar keuangan global membutuhkan ketenangan dan kepastian karena tensi perang dagang diperkirakan akan menurun, atau bahkan diakhiri jika Biden memenangkan Pilpres AS. Dengan kondisi itu, lanjut dia, diperkirakan akan memberikan angin segar bagi pelaku keuangan global dan jangka pendeknya, memunculkan eforia yang mendorong aliran modal mengalir ke negara berkembang.
“Indonesia bisa mendapatkan manfaat di sana, kepastian perang dagang, berkurangnya konflik, ketegangan antar-wilayah itu memperbaiki aliran modal ke Indonesia,” ucapnya.
Pergerakan indeks harga saham, kata dia, juga menguat khususnya di kawasan Asia setelah Biden sementara ini unggul dan diapresiasi pasar keuangan. Sementara itu untuk jangka menengah panjang, lanjut dia, pelaku pasar keuangan global mengharapkan ada perbaikan iklim perdagangan dunia dan perang dagang menurun.
Setelah itu diharapkan memperbaiki harga komoditas sehingga berdampak ke Indonesia. “Tapi di luar itu, sebenarnya Biden atau Trump itu relatif sama, tidak berarti setelah Biden menang, Indonesia menjadi anak emas,” ucapnya.
Hingga saat ini proses penghitungan suara Pilpres AS masih dilakukan dan untuk sementara Joe Biden unggul dengan mengantongi suara elektoral 264 dan Trump 214. Untuk menuju Gedung Putih, Biden hanya perlu enam suara elektoral lagi karena minimal mengumpulkan 270 suara elektoral untuk menjadi Presiden AS.