REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sekitar 8.000 orang tewas dalam perang kontroversial Filipina melawan narkoba sejak 2016. Demikian data terbaru disampaikan Badan Informasi Filiphina pada Kamis (5/11).
Saat konferensi pers, Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Camilo Pancratius P. Cascolan mengungkapkan, bahwa lebih dari 234 ribu operasi digelar sejak Juli 2016. Dari hasil itu 357.000 tersangka ditangkap dan sekitar 8.000 orang lainnya tewas. Sedikitnya 1,29 juta orang menyerah selama operasi.
"Kami terus menggencarkan operasi melawan obat-obatan terlarang," ujar kepala kepolisian.
Cascolan menambahkan bahwa polisi telah meningkatkan kampanye melawan kriminalitas, narkoba, serta maraknya aksi kejahatan dengan kendaraan bermotor. Cascolan juga mengatakan polisi baru-baru ini berhasil menangkap lima teroris garis keras.
Perang melawan narkoba yang digagas oleh pemerintah Presiden Rodrigo Duterte diluncurkan tak lama setelah pelantikan Juni 2016.
Kebijakan tersebut bertujuan menetralisasi jumlah narkoba ilegal secara nasional. Namun hal itu menuai kecaman keras dari kelompok HAM.
Menurut Human Rights Watch (HRW), perang narkoba ala Duterte telah merenggut lebih dari 12 ribu nyawa, kebanyakan warga miskin di kota.
HRW menuding Kepolisian Nasional Filipina memalsukan bukti demi membenarkan pembunuhan tidak sah dan mengkaitkan sedikitnya 2.555 pembunuhan dengan pihak kepolisian.