REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Fifth Internasional Conference on Informatics and Computing (ICIC) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) secara resmi dibuka bersamaan dengan acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2020, pada tanggal 2 - 7 November 2020. Kegiatan ini digelar secara virtual melalui platform Zoom dan youtube channel APTIKOM TV, yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, Selasa (3/11).
Kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) sebagai host zoom sukses membantu kelancaran kegiatan yang mengusung tema ‘Towards Smart Society 5.0 Through Accelerating Digital Transformation Using Pervasive Technology in Industrial Revolution 4.0’ tersebut.
Yusuf Durachaman, ICIC Conference Chair melaporkan bahwa terdapat 246 paper submission dan 127 paper yang diterima. Paper yang dipresentasikan pada 6 parallel & track session secara langsung oleh penulisnya. Beberapa negara ikut ikut andil dalam presentasi ICIC tersebut, antara lain Indonesia, Malaysia, Australia, India, Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan Uganda.
Acara ini dibuka dengan sambutan Ketua Umum Aptikom Prof Zainal A. Hasibuan. Ia menuturkan bahwa berbagi ilmu dan pengetahuan di era disruptif saat ini merupakan hal yang sangat penting.
“Now, everything changes. Everything is being disruptive. It is a good moment for all of us to share knowledge and experiences, especially in our fields: Information Technology and Communication, artificial intelligence, and computer science. (Sekarang, semuanya berubah. Semuanya mengganggu. Ini adalah momen yang tepat bagi kita semua untuk berbagi ilmu dan pengalaman, terutama di bidang kita: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kecerdasan buatan, dan ilmu komputer)," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Dipandu oleh Prihandoko PhD sebagai moderator pada sesi keynote speech, Prof Abdul Wahab Abdul Rahman berkesempatan menjadi keynote speech pertama dengan paper nya yang berjudul ‘Computer Science and Mental Health through Neuro-Physiological Interface Framework (NPIF)’.
Prof Abdul Wahab Abdul Rahman memaparkan bahwa terdapat korelasi kuat antara situasi pandemi covid-19 terhadap melonjaknya masalaha kesehatan jiwa seperti gelisah, depresi dan stress. Sehingga, diperlukan pemanfaatan perangkat Electroencephalogram (EEG) untuk mengukur fungsionalitas otak. Dalam hal ini, ia menerapkan The neuro-physiological interface framework (NPIF) untuk mendeteksi Autism Specturm Disorder (ASD).